Halaman

SLIDE

Selasa, 27 November 2012

BALAP SEPEDA INDONESIA

                               Giant Mendukung Atlet Balap Sepeda Indonesia untuk PON 2012


   http://cdn.sportku.com/uploads/headline-images/tim-balap-sepeda-profesional-rabobank-pro-cycling-diendorse-sepe-201205292235111610.jpg


      Tim balap sepeda profesional Rabobank Pro Cycling di-endorse sepeda oleh Giant. (sumber foto: Giant)
Berharap dapat turut memajukan atlet Indonesia dalam mencetak prestasi, Kevin sebagai perwakilan Giant di Indonesia menyampaikan "Giant memberikan kemudahan mendapatkan sepeda bagi mereka yang turun di PON 2012". Sebagai informasi, Giant yang berumur 40 tahun dan 10 tahun keberadaannya di Indonesia ini pernah memberikan sponsor kepada atlet berprestasi kita. "Teknologi terbaru (high-end technology) dari sepeda Giant bisa dirasakan oleh atlet balap sepeda Indonesia yg akan turun di PON dengan kriteria serta prosedur tertentu" tambah Kevin. Seperti diketahui, tim balap sepeda profesional Rabobank Pro Cycling yang turun pada Tour de France disponsori oleh Giant. Tim tersebut menggunakan sepeda Giant teranyar dengan teknologi tinggi. Pada PON ini, atlet Indonesia dapat merasakan sepeda yang dipakai pebalap kelas dunia tersebut.

VALENTINO ROSSI


Tips & Trik Melakukan SmasH

Bagaimana cara melakukan smash pada bulutangkis
Smash adalah teknik paling agresif dalam bulutangkis / badminton. Pukulan smash bulutangkis tercepat di dunia mencapai kecepatan 332kpj(kilometer per jam), yang dilakukan oleh Fu Haifeng dari Cina pada tahun 2005. Perlu diketahui bahwa kecepatan smash yang melebihi 400kpj(kilometer per jam) telah tercatat secara tidak resmi pada test kecepatan yang digunakan untuk tujuan promosi.
 Smash penggunaannya berbeda saat bermain tunggal ataupun ganda. Dalam permainan bulutangkis tunggal, Smash harus digunakan secara hati-hati – hanya dilakukan bila anda yakin jika pengembalian bola (bulu?) / suttlecock yang lemah dari lawan.
Dalam permainan ganda, smash harus dilakukan lebih sering, lagi pula adalah tugas pasangan anda untuk menangani pengembalian bola yang kuat dari lawan (serangan balik)
Teknik cara melakukan smash sangat mirip dengan servis pada Tenis atau melempar bola dengan tangan.

Cara Efektif melakukan smash

Proses smash melibatkan pergerakan posisi, persiapan dan melakukan smash
1. Pindah posisi: Footwork
Anda tidak dapat melakukan tembakan secara efektif kecuali jika berada dalam posisi dan waktu yang baik. Anda perlu waktu dimana anda akan berhenti dan menyeimbangkan tubuh sebelum mencoba melakukan tembakan smash.
2. Persiapan – Posisi siap
Tubuh Anda harus rileks – otot yang tegang bergerak lebih lambat daripada yang rileks. Gunakan forehand grip (sama seperti di Tenis) agar menjaga grip yang rileks jg.
Berdiri menyammping, sehingga bagian kaki dan bahu yg tidak searah dengan raket berada didepan kearah yang Anda akan smash.
Jika anda berada diposisi yang benar, anda harusnya berapa pada posisi dimana shuttlecock akan jatuh dibelakang leher anda, jika anda membiarkannya jatuh.
Lengan yang tidak memegang raket menunjuk ke arah shuttlecock, sementara lengan yang memegang raket anda diangkat, dengan siku ditekuk dan pergelangan tangan anda tegak sehingga raket anda menunjuk ke atas, berat badan berada pada kaki belakang.
Abaikan fakta bahwa pemain sedang melompat dalam gambar ini – mengikuti gerakan yang sama, tapi bukannya sekedar melompat, tetapi mengambil langkah ke depan saat melakukan smash.
Anda bertujuan untuk memukul shuttlecock pada titik tertinggi yang nyaman bagi anda – lengan dan raket harus sepenuhnya ditempatkan pada titik dengan dampak smash terbesar.
Bayangkan Anda ‘melemparkan’ raket Anda melalui shuttlecock tersebut. Otot-otot Anda harus lentur sampai ke titik smash. Jangan mencoba untuk memukul shuttlecock dengan keras! Hal ini akan menyebabkan otot-otot Anda mengencang. Anda mungkin merasa sulit untuk percaya – tetapi semakin halus gerakan yang mengalir, smash yang dihasilkan semakin cepat dan lebih konsisten.
Prinsip utamanya adalah untuk memaksimalkan akselerasi/percepatan dari raket dan berat dari tubuh Anda yang digunakan dalam cara melakukan smash.
Sebagaimana telah disebutkan, “Lengan yang tidak memegang raket menunjuk ke arah shuttlecock, sementara lengan yang memegang raket anda diangkat, dengan siku ditekuk dan pergelangan tangan anda tegak sehingga raket anda menunjuk ke atas”.
Anda harus memulai gerakan dengan lengan Anda yg tidak memegang raket, yang menunjuk ke arah shuttlecock tersebut. Selagi bergerak ke depan dan ke bawah, bahu Anda akan memutar. Sebagaimana bahu anda yg berputar secara bersamaan mulai melangkah maju dan ayunkan lengan Anda ke depan, sehingga lengan dan kaki yg searah dengan raket bergerak maju pada waktu bersamaan 
3.   Sementara lengan bawah anda diayun ke depan, Anda harus ‘menekuk’ pergelangan tangan Anda – miringkan ke belakang sehingga raket Anda mengarah ke bawah. Siku Anda juga harus berubah sehingga raket Anda menunjuk belakang punggung Anda ( 4 ).
Kemudian saat Anda ayun lengan Anda ke depan, Anda harus memutar putaran lengan bawah Anda dan luruskan siku Anda – sehingga tangan Anda lurus ketika Anda ‘mengayunkan’ raket menuju kok ( 5 ).
Tepat sebelum mengenai kok, Anda harus kibaskan pergelangan Anda, hasilkan kecepatan ekstra ketika raket menyentuh shuttlecock tersebut. Suttlecock harus menghantam bagian tengah raket, dengan permukaan raket yang rata dengan shuttlecock pada titik tumpuan. Raket harus menghadap ke bawah agar suttlecock melayang ke bawah dengan sudut curam melewati net.
Titik tumpuan harus sedikit di depan Anda, lengan dan raket terentang sehingga Anda memukul shuttlecock setinggi mungkin di udara, tapi tanpa memanjangkan lengan Anda berlebihan – sebaiknya masih ada sedikit tekukan di siku untuk menghindari kemungkinan cedera.
Gambar ke 6 adalah setelah pemukulan shuttlecock, tetapi jika Anda membayangkan arah raket melanjutkan garis lengan, itulah titik di mana kok itu dipukul.
Raket Anda harus mengikuti jalur lengkungan dan mendekati kaki yg berlawanan dengan raket untuk istirahat sesaat untuk beristirahat Anda dekat non-raket kaki – sehingga lengan Anda yang memegang raket mengitari tubuh Anda ( 8 ).
Sebuah gerakan yang baik dengan menjaga kecepatan raket Anda saat Anda memukul shuttlecock, sehingga Anda menempatkan kekuatan maksimal terhadap benturan raket ke suttlecock. Jadi, Anda harus memukul melalui shuttlecock tersebut!
Mungkin terasa agak aneh untuk memulai dengan teknik ini. Cobalah berlatih di depan cermin tanpa shuttlecock hingga terasa lebih nyaman. Kemudian carilah teman untuk memberi Anda bola tinggi sehingga Anda dapat berlatih men-smash. Tidak butuh waktu lama Anda sudah bisa memukul shuttlecock jauh lebih baik dan lebih keras dari sebelumnya!

DINAMIKA TIM DAN GRUP

 

                                                                             BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
     Manusia diciptakan Tuhan sebagai mahkluk individu sekaligus sebagai mahkluk sosial. Sebagai mahkluk individu manusia bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Terutama saat berhubungan dengan kepentingan pribadinya sendiri, seperti saat beribadah kepada pencipta-Nya. Sedangkan manusia sebagai mahkluk sosial berarti bahwa sebagai manusia tidak dapat hidup tanpa kehadiran ataupun bantuan dari manusia yang lainnya. Manusia mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup dirinya. Sedangkan manusia tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri. Manusia memerlukan bantuan manusia lain untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk itu manusia perlu berinteraksi atau berhubungan dengan manusia lainnya untuk bekerja sama saling memenuhi kebutuhan hidupnya.
Begitu pula dalam olahraga. Baik atlet, pelatih, official, maupun orang yang terlibat dalam olahraga semuanya saling berinteraksi, berhubungan, berkomunikasi dan bekerja sama karena dalam olahraga semua saling berhubungan dan membutuhkan serta saling mempengaruhi, meskipun olahraga yang dilakukan bersifat olahraga individu. Kekompakan, kerja sama setiap orang yang berkecimpung dalam dunia olahraga sangat penting. Bakat seorang pemain dapat memenangkan sebuah pertandingan, tetapi kerjasama sebuah tim akan dapat memenangkan sebuah kejuaraan (Jordan, 1994). Dari pendapat tadi menyebutkan bahwa kerjasama sangat penting dalam sebuah tim olahraga untuk mencapai prestasi puncak. Kemampuan yang tinggi yang dimiliki oleh setiap individu dalam sebuah tim tidak cukup untuk memenangkan setiap kejuaraan. Perlu adanya kekompakan, kerjasama dan kerja keras setiap anggota untuk memenangkan sebuah kejuaraan.
Prestasi puncak sebuah tim perlu di dukung oleh kebersamaan para anggota tim sendiri. Dibutuhkan kerja keras bersama seluruh anggota sebuah tim untuk dapat mencapai prestasi puncak yang dapat diraih oleh tim sendiri. Meskipun untuk membuat sebuah kekompakan, kebersamaan, kerjasama, komitmen bersama yang baik dalam sebuah tim tidaklah mudah. Karena setiap anggota tim memiliki kemampuan, perilaku, sifat, karakter, tugas, kewajiban, kebutuhan, harapan, kepentingan, bahkan masalah yang berbeda-beda. Semuanya membutuhkan saling pengertian dan pengorbanan dari anggota tim. Semakin banyak anggota tim akan semakin kompleks pula untuk membangun kerja sama dan kebersamaan dalam tim. Semakin banyak anggota tim, komunikasi, interaksi dalam tim akan semakin kompleks pula. Intensitas dinamika tim sendiri akan semakin besar.
Kekompakan menjadi hal pokok bagi tim untuk mencapai prestasi maksimal. Kekompakan sendiri secara umum dapat didefinisikan sebagai tingkatan dimana anggota suatu kelompok atau tim merasa saling terikat pada kelompoknya. Kekompakan akan meningkat jika anggota tim terbatas dan muncul setelah melewati persyaratan tertentu (Middlebrook, 1974). Agar dapat terciptanya kekompakan, kerjasama yang baik, kebersamaan, diperlukan pengertian, komitmen untuk mau berkorban oleh setiap anggota tim, agar dapat mencapai prestasi yang terbaik. Dalam makalah ini akan di bahas dinamika sebuah tim, bagaimana tim itu dapat terbentuk, bagaimana menciptakan iklim yang baik di dalam tim, serta cara untuk memaksimalkan kemampuan individu di dalam tim olahraga itu sendiri.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinamika Sebuah Tim dan Grup
Di dalam sebuah tim dan grup atau dalam olahraga beregu, terdapat interaksi antara anggota tim yang satu dengan yang lainnya. Setiap anggota tim mempunyai kemampuan, sifat perilaku, keinginan, masalah dan tugas yang berbeda beda. Interaksi ini menimbulkan terjadinya sebuah dinamika tim dan grup sendiri. Sering dalam tim terjadi perbedaan pendapat, perselisihan bahkan pertengkaran antar anggota. Tentunya hal ini dapat memberi pengaruh negatif terhadap tim yang dapat mempengaruhi prestasi tim sendiri. Oleh karena itu diperlukan kebersamaan, saling pengertian dan kerjasama dalam tim agar terjadi iklim positif di dalam tubuh tim yang dapat menunjang prestasi.
Dinamika tim dan grup sendiri akan menjadi lebih sulit dan komplek dengan anggota tim yang semakin banyak. Dinamika tim sendiri berarti adanya sebuah tingkah laku salah satu anggota sebuah tim yang dapat secara langsung mempengaruhi anggota yang lain secara timbal balik. Di dalam dinamika tim terdapat interaksi, interpedensi serta hubungan langsung antara anggota yang satu dengan yang lain yang akan saling mempengaruhi.
Dinamika dalam tim dan grup sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah:
1. Kohesivitas.
Tingkat kohesivitas suatu tim dan grup dapat dilihat langsung dari perilaku para anggotanya. Dalam proses pembentukan tim tampak intensitas keterlibatan atlet dalam kegiatan tim, arahan pilihan atlet, nilai-nilai atau tradisi yang dianut oleh tim dan sebagainya. Suatu tim olahraga yang dinamis biasanya hidup dan menunjukkan vitalitas, interaksi, dan aktivitasnya. Vitalitas suatu tim biasanya direfleksikan dalam banyak cara, kadang positif kadang negatif. Demikian juga komitmen untuk mencapai tujuan tim baik jangka panjang maupun jangka pendek terjadi berbagai variasi, kadang kuat kadang lemah.
2. Motivasi anggotanya
Motivasi merupakan salah satu kunci agar atlet atau tim olahraga dapat berprestasi maksimal. Sedangkan kekompakan dapat menjadi salah satu pendorong motivasi menjadi lebih besar. Motivasi juga menyangkut masalah ketertarikan atlet sebagai tim dan grup terhadap kehidupan tim dan grup sendiri, seperti dorongan menyatu dalam tim dan grup, semangat untuk mencapai tujuan bersama, orientasi terhadap tim, dorongan untuk memenuhi kebutuhan dalam tim, dan kerjasama dalam tim.
3. Struktur tim dan grup
Struktur tim dan grup terlihat pada bentuk-bentuk pengelompokan, bentuk dan pola hubungan sosial yang terjadi dalam tim khusus untuk memahami pola hubungan sosial, perbedaaan kedudukan antar anggota tim, pembagian tugas dan kewajiban, pekerjaan, wewenang dalam tim dan sebagainya.
4. Kepemimpinan dalam tim dan grup
Kepemimpinan dalam tim tercermin dalam gaya-gaya kepemimpinan yang dianut atau dipraktekkan dalam tim, filosofis pemimpin, pengambilan keputusan, pembagian tugas, dan wewenang dalam tim. Kepemimpinan dalam tim sebagian besar atau seringkali dipegang oleh seorang pelatih atau manjer dan kapten tim sendiri. Gaya kepemimpinan berpengaruh dalam dinamika tim karena dapat menimbulkan reaksi yang beraneka ragam dalam tubuh tim atau setiap anggotanya.
5. Perkembangan dalam tim dan grup
Perkembangan tim dapat menentukan kehidupan dan dinamika tim selanjutnya, hal ini terlihat dari perubahan yang terjadi dalam tim. Misalnya adalah senang tidaknya para pemain setelah bergabung di dalam tim, perasaan betah dan kerasan dalam sebuah tim, perpecahan yang terjadi dalam tim yang dapat meyebabkan bubarnya keutuhan sebuah tim.

B. Mengenal Perbedaan Antara Tim dan Grup
        Sering kali kita mendengar istilah tim dan grup dalam cabang olahraga. Sebagian orang tidak terlalau memperhatikannya dan banyak yang menganggapnya sama. Pada kenyataannya, tim dan grup mempunyai arti dan makna yang berbeda. Meskipun sangat sulit untuk membedakannya. Katzenbach dan Smith mendefinisikan team sebagai “Sekelompok kecil orang dengan keterampilan yang saling melengkapi yang berkomitmen untuk maksud dan tujuan bersama (common purpose), menghasilkan tujuan-tujuan, dan pendekatan bersama dimana mereka mengikatkan diri dalam kebersamaan tanggung jawab (mutually accountable)”. Setiap tim adalah sebuah grup, sedangkan setiap grup belum tentu menjadi sebuah tim. Tim sendiri dapat berarti sekelompok orang dimana mereka saling berinteraksi yang satu dengan yang lainnya untuk melengkapi secara objektif (Carron & Hauseenblas, 1998). Untuk dapat menjadi sebuah tim membutuhkan sebuah proses evolusi. Tim selalu berkembang, berubah untuk menyesuaikan sebagai bentuk respon faktor internal maupun eksternal.
Sebuah tim olahraga merupakan tipe spesial atau tertentu dari grup. 
Tim memiliki empat karakter kunci yaitu :
1. Perasaaan kolektif sebagai identitas.
2. Memiliki Peran yang jelas. Setiap anggota tim tahu apa tugas yang menjadi kewajibannya dan yang harus dilakukan.
3. Model komunikasi yang terstruktur. Setiap tim memiliki jalur-jalur komunikasi bagi setiap anggotanya.
4. Setiap tim memiliki norma tim. Aturan sosial memberikan panduan bagi anggota tim untuk mengetahui mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Sedangkan kelompok sendiri berarti kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara bersamaan yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Aronson, Wilson, & Akert, 2002). Hubungan dalam grup bersifat dinamis karena grup selalu berubah-ubah menuju ke arah kemajuan. Perubahan yang tejadi dalam grup mempengaruhi tingkah laku dan berakibat terjadinya perubahan dalam grup itu sendiri. Esensi sebuah grup bukan karena adanya kesamaan atau ketidaksamaan diantara anggotanya, tetapi karena adanya hubungan interdepedensi diantara anggota grup sendiri. Grup ditandai dengan adanya saling interaksi antara dua orang atau lebih yang memiliki tujuan yang sama, hubungan yang stabil, hubungan interdepedensi satu sama lain, dan orang-orang tersebut menyadari bahwa mereka merupakan bagian dari grup itu sendiri (Kurt Lewin, 1951).
Terdapat sejumlah faktor yang secara gamblang dapat membedakan tim dengan kelompok atau grup dalam perspektif atau pa ndangan yang berbeda, diantaranya adalah:
1.                      1.       Tugas dan Tanggung Jawab.
           Di dalam grup, individu menetapkan dan menempatkan perilaku tertentu di dalam tubuh grup yang     disebut tugas. Tugas seseorang akan menentukan bentuk hubungannya dengan orang lain. Tugas, di dalam grup, sering menjadi sumber kebingungan dan terjadinya konflik. Dilain pihak, tim membangun pemahaman bersama bagaimana para anggota mewujudkan tugas mereka seperti pelatih, asisten pelatih, pelatih fisik, pelatih kiper, kapten tim dan sebagainya, dalam menyelesaikan secara bersama sebuah tugas ataupun kejuaraan.
2. Identitas.
Tim memiliki identitas yang kuat, sedangkan grup tidak. Tim mermerlukan identitas karena hampir tidak mungkin membangun rasa keterikatan, yang merupakan karakter sebuah tim, tanpa hal yang mendasar ini. Tim memiliki pemahaman yang jelas tentang apa yang membuat tim ‘berjalan’ dan mengapa itu penting. Di dalam tim tergambar jelas apa yang ingin dicapai oleh tim, dan norma atau nilai- nilai apa yang menjadi panduan geraknya. Di dalam grup semua itu telah diatur dalam sistem dan prosedur baku.
3. Kohesi.
Tim memiliki esprit yang menunjukkan rasa keterikatan dan kekerabatan. Esprit adalah semangat, jiwa, dan hati dari sebuah tim. Di dalam tim terdapat kesadaran yang tinggi dari para anggotanya untuk mengidentifikasi diri mereka dengan tim dan merasa menjadi bagian dari tim. Individu akan memulai dengan kata “kita” bukan “saya” dalam setiap tugas dan kewajibannya atau saat bertanding. Di dalam grup, ‘saya’ dijadikan hal yang penting untuk menunjukkan eksistensi maupun unjuk kerja pribadi atau prestasi sesuai tugas dan kewajiban yang menjadi dasar pengukuran prestasi yang bersangkutan.
4. Fleksibilitas.
Grup biasanya bersifat kaku dalam tugas dan pekerjaannya. Segalanya telah diatur dalam sistem dan prosedur baku. Sebaliknya tim menjaga agar selalu memiliki fleksibilitas dan adaptabilitas yang tinggi untuk mengerjakan berbagai tugas dan fungsi yang berbeda sesuai situasi dan kebutuhan. Tanggung jawab atas perkembangan tim dibagi bersama. Kekuatan setiap anggota tim diketahui dan dipergunakan sebaik-baiknya.
C. Mengidentifikasi Tiga Teori Pembentukan Grup
        Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa setiap tim adalah sebuah grup, sedangkan setiap grup belum tentu menjadi sebuah tim. Tim sendiri adalah sekelompok orang dimana mereka saling berinteraksi yang satu dengan yang lainnya untuk melengkapi secara objektif (Carron & Hauseenblas, 1998). Untuk dapat menjadi sebuah tim membutuhkan sebuah proses evolusi. Tim selalu berkembang, berubah untuk menyesuaikan sebagai bentuk respon faktor internal maupun eksternal. Di dalam usaha penelitian pengembangan sebuah tim, manusia memiliki berbagai teori. Menurut Weinberg terdapat tiga teori dalam pembentukan atau pembangunan sebuah tim , yaitu:
1. Perspektif Linear
Di dalam teori perspektif linear ini di asumsikan bahwa grup bergerak menyambung dalam tahapan yang berbeda. Menurut Bruce Tuckman (1965) Perspektif linear ini dibagi dalam empat tahap, yaitu:
a). Tahap pertama adalah Forming
Pada tahap pertama ini setiap anggota tim belajar untuk membiasakan diri dengan anggota tim lainnya.
b). Tahap kedua adalah Storming
Pada tahap ini yang dilakukan adalah memberikan karakter tim melalui daya tahan seorang pemimpin, daya tahan dalam mengontrol grup, dan konflik antar anggota.
c). Tahap ketiga adalah Norming
Pada tahap ketiga ini adalah pergantian atau digantikannya permusuhan dengan solidaritas antar anggota tim dan saling bekerja sama. Setiap konflik harus diselesaikan atau dapat dipecahkan, dan perasaan bersatu mulai terbangun.
d). Tahap keempat adalah Performing
Di dalam tahap terkhir ini setiap anggota tim bersama-sama menyumbangkan energinya demi kesuksesan tim. Focus tim adalah memecahkan masalah menggunakan proses grup dan hubungan untuk bekerja dan mengetes ide baru. Persoalan terstruktur terselesaikan, hubungan antar personal menjadi stabil, dan setiap peran dapat dilakukan dengan jelas.
2. Siklis Perspektif/Siklus Hidup
Model siklus hidup ini berasumsi bahwa pembentukan sebuah grup mirip dengan siklus hidup seorang manusia. Manusia dilahirkan, tumbuh dan berkembang, serta meninggal. Model ini hanya relevan dengan grup dalam aktivitas jasmani yang bersifat sementara atau latihan.
3. Perspektif Pendular
Dalam model perspektif pendular ini berlawanan dengan model perspektif linear. Dalam model perspektif pendular ini beranggapan bahwa grup tidak bergerak dan berkembang melalui tahapan-tahapan agar semakin menjadi sempurna tetapi melalui pembentukan yang instan, Sebagai contohnya adalah persiapan latihan tim basket Universitas Indiana dalam menghadapi musim pertandingan.
Tahapan yang dilakukan adalah:
a). Tahap pertama adalah Orientasi
Kohesi dan perasaan bersatu tinggi, para atlet mengungkapkan memberikan berbagai pikiran perasaan, kecemasan dan aspirasi.
b). Tahap kedua adalah Perbedaan dan konflik
Fisik dan psikologi tim dibagi kedalam unit yang lebih kecil. Konflik kerap kali timbul saat atlet bertanding memperebutkan posisi dalam tim
c). Tahap ketiga adalah Kesepakatan dan kohesi
Kohesi bertambah saat anggota grup memberikan pikiran perhatian dan perbaikan perasaan untuk bertukar pikiran.
d). Tahap kelima adalah Perbedaan dan konflik
Persatuan dalam tim melemah saat berbagai individu diberikan hadiah atau hukuman, cara mengeluarkannya dari tim.
e). Tahap kelima adalah Penghentian
Jika dalam musim pertandingan mengalami kesuksessan. Perasaan kohesi akan tinggi, jika dalam musim pertandingan mengalami kegagalan perasaan kohesi akan menjadi rendah.
D. Struktur Grup
Setiap tim dan grup tentu memiliki sebuah struktur atau susuna tertentu yang disesuaikan dengan tugas dan kewajibannya atau sesuai dengan posisinya. Agar Sebuah grup individu dapat menjadi sebuah tim yang efektif penting untuk membentuk struktur yang memiliki karakter. Dua hal yang paling penting adalah:
1. Peran Kelompok
Sebuah peran diberikan kepada anggota tim disesuaikan dengan posisinya di dalam grup. Sebagai contoh, seorang guru, orang tua, pelatih atletik, eksekutif perusahaan, dan tena kesehatan profesional memiliki peran yang spesifik yang sesuai dengan keahliannya dan masyarakatnya. Seperti seorang pelatih yang bertugas untuk melatih, membuat program latihan, dan berhubungan dengan ofisial sekolah dan menjadi contoh yang baik.
a). Peran formal melawan informal
Sebuah tim Seperti grup yang lainnya memiliki peran formal dan informal. Peran formal memerintah structur dari organisasi secara alami. Direktur teknik, pelatih, kapten tim, pemimpin latihan, adalah contoh spesifik pelaku peran formal di dalam olahraga atau latihan. Point Guard di basket, Set upper dalam bola voli, kiper di hoki, dan posisi formal lainnya memiliki peran spesifik di dalam tim.
Peran informal berfungsi untuk menyusun interaksi diantara anggota grup. Fungsi lain dari peran informal tim adalah sebagai mediator, mediator antara pemain dengan rekan setimnya atau pemaindengan pelatihnya. Sebagai contoh, pemain terbaik selalu menjadi starter atau pemain inti, sedangkan pemain yang bertugas untuk menjaga keharmonisan tim adalah pemain senior atau pemain lainnya. Dua tipe peran di dalam tim akan selalu ada di dalam sebuah grup atau sebuah tim. Peran formal berjalan dalam struktur organisasi, peran informal berfungsi di dalam dinamika grup dan tim.
b). Kejelasan Peran
Di dalam sebuah tim dan grup, semua anggota memiliki peran yang harus dijankan dengan maksimal. Semua anggota juga harus mengetahui, paham, dan mau menerima apa saja yang menjadi perannya. Kejelasan peran dalam tim yang mampu dipahami, diterima dan dijalankan oleh semua anggota dengan baik danmaksimal dapat menunjang prestasi tim dan grup. Sebagai contoh adalah tim bola basket Chicago Bulls yang mampu melakukan threepeat sebanyak dua kali selama tahun 90-an. Di Chicago Bulls, Micheal Jordan dan Scottie Pippen bertugas menjadi pemimpin dan menjadi pemain kunci, sedangkan sebagai pelatih adlah Phill jackson yang mimiliki kemampuan untuk membuat pemain lainnya percaya dan mengerti perannya masing-masing (Dennis Rodman sebagai rebounder, Ron Harper sebagai Penjaga, Steve Kerr sebagai shooter).
c). Penerimaan Peran
Penerimaan peran juaga menjadi hal yang penting di dalam sebuah tim. Pemain yang tidak dapat menerima dan menjalankan perannya di dalam tim tidak akan bisa memberikan kontribusi yang maksimal. Pelatih dapat membantu pemain untuk mau menerima perannya di dalam tim dengan meminimalkan perbedaan status peran dan menegaskan keberhasilan yang didapat tim ditentukan atau berkat kontribusi setiap pemain.
d). Konflik peran
Konflik peran ada jika kehadiran persetujuan di dalam tujuan yang diinginan atau hasil tidak cukup memiliki kemampuan, motivasi, waktu atau pemahaman untuk mencapai tujuan.
2. Norma Kelompok
Norma adalah level penampilan, pola perilaku, atau keyakinan. Individu selalu menerima tekanan untuk dapat menerima norma grupnya. Sebagai contoh adalah seorang pendatang baru akan selalu menjadi pembawa tas bagi para seniornya. Di dalam tim olahraga norma mungkin meliputi latihan perilaku, pakaian, potongan ramburt, interaksi antara pemain pendatang baru dengan pemain veteran atau siapa yang memegang cntrol saat situasi kritis.
a). Norma untuk produktifitas
Norma produktifitas dapat digunakan sekaligus di dalam kebugaran dan pengaturan olahraga. Sebagai contoh seorang programmer kebugaran memberikan latihan selama 30 menit untuk anggota yang baru, dalam olahraga seorang kapten atau pemain yang dalam performa terbaik berperan sebagai model dalam norma produktifitas. Contoh lainnya adalah latihan seorang juara akan dicontoh oleh atlet lain dengan tujuan agar dapat mencapai prestasi yang sama baik oleh rekan ataupun lawannya.
b) Norma positif
Karena norma memiliki efek yang kuat dalam perilaku, penting sekali bagi pelatih, guru, pemimpin latihan untuk menyusun standar norma positif grup. Metode yang bagus untuk membuat norma positif dalam tim adalah dengan memposisikan pemimpin sebagai sebuah contoh.
c). Modifikasi norma tim.
Norma sebuah tim harus dirubah atau dimodifikasi saat ada dua pendapat yang berbeda yang dipertimbangkan yaitu sumber komunikasi yang digunakan untuk merubah norma dan komunikasi yang alami.
E. Membangun Iklim Tim yang Efektif
Iklim atau suasana di dalam tim dibentuk dari bagaimana pemain saling berinteraksi dengan pemain yang lain di dalam tim itu sendiri. Pelatih tentunya memiliki persepsi mereka sendiri di dalam tim, Persepsi pemain dan evaluasi penyusun iklim tim. Pelatih memegang peranan kunci dalam menciptakan iklim atau suasana didalam tim yang positif. Beberapa faktor dalam iklim tim dapat berubah dengan mudah dari pada yang lain, tetapi dapat mempengaruhi keefektifan fungsi sebuah grup (Zander, 19982). Beberapa faktor yang mempengaruhi iklim di dalam tim adalah:
1). Dukungan yang baik
Dukungan baik sendiri sama dengan pertukaran diantara sumber saat dua individu merasakan melalui pemberi atau penerima, yang akan menjadikan atau untuk mempertinggi kesejahteraan dari penerima dukungan. Sebagai contoh, Mike Krzyewski pelatih bola basket Universitas Duke amerika berpendapat dukungan yang baik dapat meningkatkan kohesivitas dan menciptakan iklim tim yang positiv, hal pertama yang dilakukannya saata akan memulai musim kejuaran adalah memastikan setiap pemain berada dalam kondisi yang baik kedalam konsep tim dan saling mendukung satu dengan yang lainnya.
2). Kedekatan
Manusia akan memiliki ikatan jika mereka saling berdekatan satu dengan yang lainnya. Pendekatan fisik sendiri tidak selalu digunakan dalam pembentukan konsep sebuah tim. Kedekatan antar anggota tim sangat penting di dalam membangun kekompakan dan iklim atau suasana positiv di dalam tim. Setiap pelatih melakukan berbagai cara agar setiap pemainnya memiliki kedekatan dengan pemain yang lainnya sebagai sesama anggota tim.
3). Kekhususan
Saat sebuah grup merasa berbeda, perasaan bersatu dan keutuhan bertambah. Maksudnya adalah saat sebuah tim merasa berbeda dengan tim lainnya seperti warna seragam, motto tradisi dan lainnya pemain akan merasa bahwa meraka berbeda dengan tim lainnya tetapi sama dengan rekan se-tim, hal ini dapat membantu pelatih dalam mengembangkan konsep tim.
4). Kejujuran
Komponen penting dalam membangun iklim atau suasana yang positif di dalam tubuh tim adalah adanya saling kepercayaan atau saling percaya diantara anggota tim itu sendiri. Kejujuran akan meningkat kepercayaan di dalam tim kepercayaan antara pemain dengan rekannya, pemain dengan pelatih akan meningkatkan Komitmen, motivasi dan kepuasan hati setiap anggota tim.
F. Memaksimalkan Kemampuan Individu Dalam Olahraga Beregu
Performa atau penampilan setiap inidividu di dalam tim akan mempengaruhi performa tim itu sendiri. Seorang pelatih harus menanamkan pemahaman kepada setiap pemainnya agar mereka untuk bermain bersama sebagai tim yang utuh, atau menjaga kekompakan sebuah tim. Kebanyakan pelatih dan psikolog olahraga berpendapat bahwa grup individu yang terbaik tidak selalu membuat tim yang terbaik. Jose Mourinho saat melatih Inter Milan mengatakan bahwa tidak ada bintang di dalam timnya, tetapi tim itu sendirilah yang menjadi bintang. Sebagai contoh lainnya adalah saat Universitas Kentuky dan Universitas Utah kehilangan bintangnya karena telah mengikuti Draft NBA, tim tersebut tetap mampu berprestasi dalam Final Four NCAA. Hal tersebut mengartikan bahwa kekompakan merupakan hal yang lebih penting untuk mencapai prestasi dari bada satu atau dua pemain bintang yang menonjol. Oleh karena itu seorang pelatih harus dapat emamksimalkan penampilan setiap pemainnya di dalam tim dan membuat pemain tersebut sadar bahwa mereka bermain untuk tim, tidak bermain untuk diri sendiri. Performa pemain menentukan performa tim, apabila seorang pemain melakukan kesalahan dalam suatu pertandingan, hal tersebut dapat berakibat fatal bagi timnya. Ivan Steiner (1972) menggambarkan bahwa produktivitas yang dihasilkan adalah potensi produktifitas dikurangi kesalahan yang terjadi di dalam proses grup. Teori ini biasa disebut model produktifitas aktuan Steiner. Potensi produktifitas sendiri dalam olahraga adalah kemungkinan performa terbaik atau maksimal yang bisa dilakukan oleh atlet. Penyebab terjadinya kesalahan dalam proses suatu grup sendiri terdapat dua hal yang penting, yaitu:
1. Motivation losses
Saat anggota tim kehilangan motivasi dan anggota tersebut tidak memberikan kemampuanya 100% kepada tim hal tersebut akan mempengaruhi hasil yang akan dicapai tim sendiri.
2. Coordination losses
Saat Kesesuaian waktu dengan rekan setim mati, atau saat sebuah strategi yang tidak baik digunakan sebuah tim. Ini juga dapat menyebabkan terjadinya kesalahan yang dilakukan sebuah tim.
Banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan performa individu dan performa tim. Terutama di cabang tenis, basket, sepakbola, dan bisbol. Di cabang tenis, saat pemain yang superior dipasngkan dengan pemain biasa, pemain yang lebih bgus akan berusaha bermain lebih untuk menutupi kekurangan rekannya. Pemain akan saling melengkapi satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama.
Weinberg (1984) mengemukakan hasil penelitian seorang peniliti asal Jerman bernama Ringelman yang diteliti oleh kembali Ingham dan kawan kawan. Hasil penelitian yang dikenal sebagai Ringelman Effect ini mengemukakan bahwa terjadi penurunan penampilan rata-rata individu apabila terjadi peningkatan jumlah anggota kelompok, gejala tersebut terjadi karena hilangnya motivasi dan berbaurnya rasa tanggung jawab diantara individu. Efek Ringelman tidak dialami atau terjadi pada semua cabang olahraga, karena interaksi dalam kelompok atau tim olahraga tidaklah sama. Tim dayung misalnya, interaksinya akan berbeda dengan tim estafet lari atau renang, akan lebih berbeda lagi dengan basket dan sepakbola.
Prestasi seorang atlet erat kaitannya dengan motivasi, terutama motivasi untuk berprestasi dan motivasi untuk menjalin kekompakan dalam tim. Tentunya setiap pemain tidak ingin menjadi penyebab kegagalan prestasi timnya akibat lemahnya motivasi yang dimiliki.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dalam cabang olahraga, terutama cabang beregu terdapat dinamika tim yang terjadi antar anggota tim. Dinamika tim dapat diartikan adanya sebuah tingkah laku salah satu anggota sebuah tim yang dapat secara langsung mempengaruhi anggota yang lain secara timbal balik. Di dalam dinamika tim terdapat interaksi, interpedensi serta hubungan langsung antara anggota yang satu dengan yang lain yang akan saling mempengaruhi.
Dalam olahraga sering kita kenal istilah tim dan grup, yang sebagian besar orang awam menganggapnya sama. Padahal keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Tim adalah Sekelompok kecil orang dengan keterampilan yang saling melengkapi yang berkomitmen untuk maksud dan tujuan bersama (common purpose), menghasilkan tujuan-tujuan, dan pendekatan bersama dimana mereka mengikatkan diri dalam kebersamaan tanggung jawab (mutually accountable). Sedangkan grup sendiri memiliki pengertian kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara bersamaan yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Untuk dapat menjadi sebuah tim membutuhkan sebuah proses evolusi. Tim selalu berkembang, berubah untuk menyesuaikan sebagai bentuk respon faktor internal maupun eksternal. Di dalam usaha penelitian pengembangan sebuah tim, manusia memiliki berbagai teori. Menurut Weinberg terdapat tiga teori dalam pembentukan atau pembangunan sebuah tim , yaitu Perspektif linear, siklus perspektif atau siklus hidup dan perspektif pendular.
Perspektif linear ini dibagi dalam empat tahap, yaitu:
a). Tahap pertama adalah Forming
b). Tahap kedua adalah Storming
c). Tahap ketiga adalah Norming
d). Tahap keempat adalah Performing
Siklis perspektif/siklus hidup. Model siklus hidup ini berasumsi bahwa pembentukan sebuah grup mirip dengan siklus hidup seorang manusia. Manusia dilahirkan, tumbuh dan berkembang, serta meninggal. Model ini hanya relevan dengan grup dalam aktivitas jasmani yang bersifat sementara atau latihan.
Perspektif pendular, Dalam model perspektif pendular ini berlawanan dengan model perspektif linear. Dalam model perspektif pendular ini beranggapan bahwa grup tidak bergerak dan berkembang melalui tahapan-tahapan agar semakin menjadi sempurna tetapi melalui pembentukan yang instan
Setiap tim dan grup tentu memiliki sebuah struktur atau susuna tertentu yang disesuaikan dengan tugas dan kewajibannya atau sesuai dengan posisinya. Agar Sebuah grup individu dapat menjadi sebuah tim yang efektif penting untuk membentuk struktur yang memiliki karakter. Dua hal yang paling penting adalah peran kelompok dan norma kelompok.
Suasana tim menjadi salah satu hal pokok dalam mencapai prestasi. Iklim positif yang dimiliki sebuah tim akan dapat menunjang prestasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi iklim di dalam tim adalah kejujuran, kedekatan, kekhususan, dukungan yang baik. Prestasi seorang atlet erat kaitannya dengan motivasi, terutama motivasi untuk berprestasi dan motivasi untuk menjalin kekompakan dalam tim. Tentunya setiap pemain tidak ingin menjadi penyebab kegagalan prestasi timnya akibat lemahnya motivasi yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.jasonsandler.co.za http://www.jasonsandler.co.za
Russel, Rotella, Mc clenaghan, Bruce . (1984). Scientific foundation of coaching. New York: Saunder College Publishing
Weinberg, Robert S. and Daniel Gould (2003). Foundation of Sports and Exercis Psychology. USA. Human Kinetics. Canada

Minggu, 25 November 2012

KONTRIBUSI KELENTUKAN TOGOK BELAKANG DAN DAYA LEDAK LENGAN DENGAN KEMAMPUAN JUMPING SERVICEDALAM PERMAINAN BOLA VOLI PADA CLUB SMA NEGERI 1 TORUEE


 
A.      Latar Belakang
Olahraga merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sangat memerlukan suatu kondisi fisik atau keadaan tubuh yang prima. Kondisi fisik merupakan suatu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas manusia karena kondisi fisik yang prima adalah suatu syarat yang sangat diperlukan untuk peningkatan prestasi pada seorang atlet. Banyak olahraga yang membutuhkan kondisi fisik yang prima diantaranya cabang olahraga permainan. termasuk cabang olahraga bola voli.
Permainan bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat, sebab sarana dan prasarananya sederhana dan mudah didapatkan. Kenyataan ini dapat dilihat diseluruh pelosok tanah air, mulai dari kota besar hingga desa-desa terpencil. Permainan olahraga bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang dapat dimainkan oleh seluruh lapisan masyarakat,  mulai dari anak-anak, remaja, pemuda, maupun orang tua dan permainan bola voli tidak hanya digemari oleh laki-laki tetapi juga oleh perempuan.
Selain itu, permainan bola voli pada masa sekarang ini bukan hanya sebagai olahraga rekreasi yang banyak digemari oleh masyarakat melainkan olahraga ini telah menjadi olahraga prestasi, apalagi permainan bola voli sekarang sudah dikelolah dengan baik dan profesional. Hal ini terlihat dengan munculnya turnamen atau kejuaraan antar klub bola voli yang rutin dilakukan setiap tahun.
Olahraga bola voli yang dipertandingkan dalam berbagai pesta olahraga seperti PON, Asian Games dan Olympiade, mengakibatkan permainan bola voli semakin populer dan berkembang pesat apalagi permainan bola voli ini dapat dilaksanakan di lapangan terbuka dan lapangan tertutup. Perkembangan terakhir olahraga permainan bola voli yakni dapat di mainkan di pasir yang kemudian lebih populer dengan sebutan permainan voli pantai.
Permainan bola voli adalah salah satu cabang olahraga beregu yang dimainkan oleh dua regu dan tiap regu terdiri dari enam orang pemain yang sudah menguasai teknik permainan bola voli. Selain menguasai teknik permainan, seorang pemain  juga harus memiliki kemampuan yang bersifat individu.
Permainan bola voli memerlukan unsur fisik sangat menunjang penampilan seorang pemain. Adapun unsur fisik yang dimaksud antara lain: kekuatan, daya tahan, daya otot, kecepatan, kelentukan, kelincahan, keseimbangan, ketepatanreaksi dan koordinasi Sajoto (1995:8-10). Semua unsur fisik tersebut harus dilatih secara bertahap supaya menghasilkan kemampuan yang baik. Peneliti hanya memfokuskan penelitiannya pada kelentukan togok belakang dan daya ledak lengan terhadap kemampuan jumping service yang sebenarnya masih banyak unsur fisik yang mempengaruhi kemampuan servis ini.
Kelentukan togok sangat penting untuk menghasilkan kemampuan untuk melakukan servis yang maksimal jika dilatih dengan baik, sedangkan daya ledak lengan juga sangat penting untuk kemampuan memukul bola pada saat jumping service. Hal itu yang membuat peneliti tertarik untuk mengambil judul”Kontribusi kelentukan togok belakang, daya ledak lengan terhadap kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue. Selain itu juga berdasarkan pengalaman peneliti bahwa ketiga unsur di atas mempunyai hubungan terhadap kemampuan jumping service, untuk itu peneliti ingin membuktikan dengan penelitian. apakah ketiga unsur tadi mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemampuan jumping service
Alasan peneliti mengambil penelitian ini adalah bahwa pada club bola voli SMA Negeri 1 Torue, menurut informasi dari pelatih bahwa kemampuan jumping service belum maksimal, apalagi pada saat pelaksanaan latihan servis para pemain masih sangat kurang maksimal dalam melakukannya. Karena servis ini sulit dilakukan dengan maksimal bagi pemain pemula yaitu para pemain club SMA yang pemainnya adalah siswa SMA Negeri 1 Torue.  Sehingga di setiap pertandingan yang berada di Kabupaten PARIMO club ini selalu tersisihkan. Karena tidak memiliki servis yang akurat untuk menyerang lawannya. Sementara para pemain yang berada di club ini telah memiliki fasilitas yang memadai. Hanya mereka saja yang kurang rutin untuk berlatih fisik agar lebih terjaga. Khususnya melatih kelentukan togok belakang, daya ledak lengan.
Berdasarkan masalah diatas, maka peneliti akan diarahkan pada analisis Kontribusi kelentukan togok belakang dan daya ledak lengan dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue.
B.       Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.        Apakah ada kontribusi kelentukan togok belakang dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue ?
2.        Apakah ada kontribusi daya ledak lengan dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue ?
3.        Apakah ada kontribusi kelentukan togok belakang dan daya ledak lengan dengan kemampuan jumpumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue ?
C.      Tujuan Masalah
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.        Untuk mengetahui apakah ada kontribusi kelentukan togok belakang dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue ?
2.        Untuk mengetahui apakah ada kontribusi daya ledak lengan dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue ?
3.        Untuk mengetahui apakah ada kontribusi kelentukan togok belakang dan daya ledak lengan dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue ?
D.      Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini erat kaitannya dengan pokok-pokok pikiran yang melatarbelakangi masalah. Dengan diketahuinya gambaran mengenai, kontribusi kelentukan togok belakang dan daya ledak lengan dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue, maka penulis dapat memberi manfaat dari penelitian tersebut adalah:
1.        Bagi Siswa atau atlet
Sebagai bahan masukan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu keolahragawa yang menyangkut tentang kontribusi kelentukan togok belakang dan daya ledak lengan terhadap kemampuan jumping service.
2.    Bagi Pembina dan Pelatih Olahraga
Sebagai bahan perbandingan bagi pembina dan pelatih olahraga, khususnya olahraga bola voli yang berada di Kabupaten PARIMO dan sekitarnya.
3.    Bagi Guru dan pembina
Dapat memberikan pengalaman untuk pembinaan siswa atau atlet dalam meningkatkan kemampuan jumping service bagi siswa dan atlet.
4.    Bagi sekolah
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk perkembangan anak sekolah dalam bidang olahraga bola voli.
5.    Bagi Peneliti
Merupakan sumbangan yang dapat berguna bagi Mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi guna untuk meningkatkan kemampuan jumping service dalam cabang olahraga bola voli.
6.    Bagi Universitas Tadulako
Sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan berbagai sudut pandang permasalahan yang lebih luas.
E.       Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah tersebut di atas, sedangkan untuk kebenarannya harus diuji melalui hasil penelitian. Pola kontribusi variabel penelitian secara hipotesis sebagai berikut:
1.        Ada kontribusi kelentukan togok belakang dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue ?
2.        Ada kontribusi daya ledak lengan dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue ?
3.        Ada kontribusi kelentukan togok belakang dan daya ledak lengan dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue ?
F.       Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada kontribusi kelentukan togok belakang dan daya ledak lengan dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue.
G.      Devinisi Operasional Fariabel
Menghindari terjadinya pengertian yang keliru tentang konsep variabel yang terlibat dalam ini, batasan-batasan variabel yang terlibat akan dijelaskan secara operasional sebagai berikut :
1.     Jumping service yang dimaksudkan pukulan yang dilakukan dengan jumping dari daerah belakang garis lapangan melampaui net ke daerah lawan. Pukulan ini dilakukan pada permulaan dan setelah terjadinya setiap kesalahan ( M. Maryanto, 1993 : 114 ) .
2.          Kelentukan togok belakang menurut Harsono (1988:163) adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot tertentu, tendo dan ligament, sedangkan menurut Sajoto (1988:58) bahwa kelentukan adalah keefektifan seseorang dalam penyesuaian dirinya untuk melakukan segala aktifitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya terutama otot-otot, ligment-­ligment di sekitar persendian.
3.        Daya ledak lengan menurut Juliantine, dkk., 2007 adalah kemampuan otot untuk menggerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat.
H.      Kajian Pustaka
1.        Hakekat Permainan Bola Voli
Menurut Suharno HP (1985 : 1), permainan bola voli adalah cabang olah raga beregu yang dimainkan oleh dua regu yang masing – masing regu terdiri dari 6 orang pemain dan di setiap lapangan dipisahkan oleh net. Pantulan bola yang dimainkan boleh menggunakan seluruh anggota badan. Maksud dan tujuan dari permainan ini adalah menjatuhkan bola di lapangan lawan melewai atas net dengan syarat pantulan sempurna dan bersih sesuai dengan peraturan. Permainan dimulai dengan pukulan bola servis. Bola harus dipukul dengan satu tangan ke arah lapangan lawan melewati net.
Setiap regu dapat memainkan bola sampai tiga kali pantulan untuk dikembalikan (kecuali perkenaan bola saat membendung). Dalam permainan bola voli hanya regu yang menang satu rally permainan memperoleh satu angka, hingga salah satu regu menang dalam pertandingan dengan terlebih dahulu mengumpulkan minimal dua puluh lima angka dan untuk set penentuan lima belas angka.
Menurut M. Yunus (1992: 68), Teknik adalah cara melakukan atau melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu secara efisien dan efektif. Teknik dalam permainan bola voli dapat diartikan sebagai cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan – peraturan yang berlaku dalambola voli untuk mencapai hasil yang optimal.
Sedangkan menurut Suharno HP (1979 : 11), Teknik adalah suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang permainan bola voli. Untuk meningkatkan prestasi bola voli, teknik ini erat sekali hubungannya dengan gerak, kondisi fisik, taktik dan mental. Teknik dasar bola voli harus betul – betul dikuasai terlebih dahulu guna dapat mengembangkan mutu prestasi permainan bola voli. Penguasaan teknik dasar merupakan salah satu unsur yang ikut menentukan menang atau kalahnya suatu regu dalam suatu pertandingan di samping unsur – unsur kondisi fisik, taktik dan mental.
Menurut Suharno HP (1979 : 11), Syarat penting dalam penguasaan teknik dasar bola voli mengingat hal – hal sebagai berikut :
1)      Hukuman terhadap pelanggaran permainan yang berhubungan dengan kesalahan dalam melakukan teknik.
2)      Karena terpisahnya tempat antara regu yang satu dengan yang lainnya,sehingga tidak ada terjadinya adanya sentuhan badan dari permainan lawan, maka pengawasan wasit terhadap kesalahan teknik ini lebih seksama.
3)      Banyaknya unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan teknik ini antara lain : membawa bola, menyenduk bola,mendorong bola, mengangkat bola, pukulan rangkap dan bola tertahan.
4)      Permainan bola voli adalah permainan cepat, artinya waktu untuk memainkan bola sangat terbatas, sehingga penguasaan teknik yang tidak sempurna akan memungkinkan timbulnya kesalahan-kesalahan teknik yang lebih besar.
5)      Penggunaan taktik-taktik yang tinggi hanya dimungkinkan kalau penguasaan teknik dasar dan tinggi dalam permainan bola voli sudah cukup sempurna.
Berdasarkan syarat penguasaan teknik dasar bola voli, maka teknik – teknik dasar permainan bola voli dapat dibedakan sebagai berikut :
a.        Jumping service
Service adalah suatu tindakan untuk memasukan bola kedalam permainan oleh pemain belakang kanan, yang memukul bola itu dengan satu tangan atau lengan dari daerah servis ( Nuril Ahmadi, 2007 : 38 ). Pendapat lain pukulan service adalah pukulan pertama yang mengawalirentetan bolak baliknya bola dalam permainan (A. Sarumpet dkk ,1992:95). Dengan demikian,  jumping service merupakan suatu service (tindakan memasukan bola kedalam permainan oleh pemain belakang) yang disertai dengan gerakan melompat vertical (keatas). Gerakan  jumping service hampir sama dengan gerakan smash. Bedanya smash dilakukan dalam permaianan (saat permaianan berlangsung), sedangkan  jumping service sebagai gerakan permulaan dalam permainan.  Jumping service ini dilakukan dalam permainan bola voli sebagai perkembangan service itu sendiri dan gabungan antara service dengan kebiasaan melompat dalam permainan bola voli.
Menurut M. Yunus (1992 : 69), servis merupakan pukulan pembukaan untuk memulai suatu permainan sesuai dengan kemajuan permainan, teknik saat ini hanya sebagai permukaan permainan, tapi jika ditinjau dari sudut taktik sudah merupakan suatu serangan awal untuk mendapat nilai agar suatu regu berhasil meraih kemenangan. Dieter Beutelstahl (2005 : 8) servis adalah sentuhan pertama dengan bola. Mula – mula servis ini hanya dianggap sebagai pukulan permulaan saja, cara melempar bola untuk memulai permainan. Tetapi servis ini kemudian berkembang menjadi suatu senjata yang ampuh untuk menyerang. Jadi teknik dasar ini tak boleh kita abaikan, dan harus kita latih dengan baik terus menerus.
Seperti pada teknik service yang lain, jumping Service adalah pukulan bola yang dilakukan dari daerah belakang garis lapangan melampaui net ke daerah lawan. Pukulan service dilakukan pada permulaan dan setelah terjadinya setiap kesalahan ( M. Maryanto, 1993 : 114 ) . Jumping Service muncul setelah ada perkembangan baru tentang sevice. Pada awalnya service hanya sekedar pemberian bola kepada lawan dan setelah bola diterima lawan mulailah permainan yang sebenarnya. Tetapi perkembangan kemudian ternyata service dapat juga berupa serangan. Hal ini dapat terlihat sewaktu pemegang service melakukannya dengan service melompat atau Jumping Service ( M. Yunus, 1992 : 69 ). Service sangat penting diberikan, karena merupakan salah satu factor penentu keberhasilan permainan bola voli ( Agus Margono, dkk., 1993 : 192 ).
Di situs (http://brammultiply.com.journal) dijelaskan bahwa jumping service merupakan salah satu senjata ampuh untuk mengacaukan serangan kombinasi lawan, sebuah team memerlukan minimal 2 s/d 3 orang jumping service yang dapat mengacaukan irama permainan lawan. Keuntungan menggunakan jumping service adalah :
a)      Dapat menjatuhkan mental lawan,
b)      Mempersulit lawan untuk membangun serangan,
c)      Memudahkan blocker untuk melakukan bendungan,
d)     Memudahkan kerja defender (pembela).
Teknik dalam melakukan jumping service, sebagai berikut :
a)      Awalan ± 4 langkah, hal ini untuk mendapatkan power yangcukup
b)      Lompat pada langkah ke 4 diluar garis belakang dan jatuh didalam lapangan,
c)      Lemparan tidak dari belakang tetapi dari samping badan agardapat terlihat dan mudah mengontrol putaran bola kedepan,
d)     Ayunan tangan sama seperti melakukan Spike Bola Tinggi(Open Spike),
e)      Step ketiga baru bola dilempar keatas, setelah melakukan stepsekali lagi server meloncat dan memukul bola, dan
f)       Gerakan harus harmonis dan berkesinambungan dan konsisten seperti gerakan spike, tidak terpatah patah atau terputus.


Gambar 1. Teknik Melakukan Jumping service
M. Yunus, (1992 : 69)

Gambar 1. Analisis Gerakan Jumping service
M. Yunus, (1992 : 70)

Sebagai catatan, sewaktu mengambil awalan, tolakan kedua kaki berada dibelakang garis (tidak boleh menginjak garis belakang), tapi pendaratan setelah memukul, boleh menginjak garis atau mendarat jauh didalam lapangan sesuai Sebagai catatan, sewaktu mengambil awalan, tolakan kedua kaki berada dibelakang garis (tidak boleh menginjak garis belakang), tapi pendaratan setelah memukul, boleh menginjak garis atau mendarat jauh didalam lapangan sesuai.
Berikut ini elemen-elemen gerakan jumping service yang harus dikuasai olehseorang pemain agar jumping serive dapat dilakukan dengan baik dan benar.
1.        Melambungkan bola
Lambungan bola melambungkan bola merupakan eleman yang harus dikuasai, sebab teknik ini sangat mempengaruhi keberhasilan jumping service. Lambungan yang benaradalah kurang lebih setinggi 3 meter agak kedepan badan, tetapi yang perludiperhatikan adalah bagaimana caranya lambungan tersebut dapat dipukul denganmudah dalam jumping service. Dengan lambungan yang sempurna akan lebih memudahkan untuk melakukan jumping service.
2.        Awalan
Posisi awalan bervariasi tergantung pada pemain, awalan jumping servicedilakukan sekitar 3 meter. Awalan ini berguna sekali untuk memperoleh posisiawal yang mantap untuk melakukan lompatan sehingga memperoleh lompatanyang tinggi, dengan waktu atau saat yang tepat berguna untuk memukul boladengan keras dan dengan waktu yang tepat. Karena dengan awalan yang tepatdapat menghindari terjadi kesalahan seperti menginjak garis akhir pada saatmelakukan tolakan.
3.        Lompatam
Lompatan merupakan gerak dari awalan. Lompatan Vertical dilakukandengan tumpuan dua kaki, kedua lengan terayun untuk membantu memperkuatlompatan sehingga diperoleh lompatan vertical yang tinggi dan dengan mudahpemain dapat memukul bola. Semakin tinggi lompatan yang dilakukan maka bolayang dihasilkan oleh pelaku servis dapat menukik dengan tajam dan cepatsehingga sulit diantisipasi oleh lawan.
4.        Pukulan
Gerakan selanjutnya adalah memukul bola. Pada waktu memukul bolalengan harus tetap lurus agar bola dapat dipukul dengan ketinggian yangmemadai, sehingga bisa melewati net. Selain itu sewaktu memukul bola,pergelangan tangan tidak boleh kaku sehingga diperoleh pukulan top spin yangmemungkinkan bola dengan cepat turun kedalam daerah lapangan lawan.
5.        Mendarat
Gerakan selanjutnya adalah mendarat. Teknik mendarat yang benar adalahmendarat dengan dua kaki. Teknik mendarat yang benar akan memperkecil kemungkinan pemain cidera dan memungkinkan pemain untuk mempersiapkan diri untuk menerima pengembalian bola atau serangan lawan. Gerakan dalam melakukan  jumping service adalah gerakan yang kompleks sehingga perlu juga diperhatikan latihan dari koordinasi dari rangkaian gerak  jumping service, sebab tanpa koordinasi gerak yang baik tidak mungkin jumping service berhasil dengan baik servis adalah sentuhan pertama dengan bola. Pada mulanya servis hanya merupakan pukulan pembukaan untuk memulai suatu permainan, sesuai dengan kemajuan permainan, teknik servis saat ini tidak hanya sebagai permulaan  permaian, tetapi jika ditinjau dari sudut taktik sudah merupakan serangan awaluntuk mendapat nilai agar suatu regu berhasil meraih kemenangan. Hal terpenting dalam service adalah mengontrol bola,kecepatan dan perubahan arahnya. Bila service itu salah akan mengakibatkan bola keluar, jadi penting sekali untuk men”serve” bola kedalam daerah lawan tanpa kekeliruan. Kecepatan dan perubahan mendadak arah bola akan sangat menguntungkan.
b.        Passing
Menurut M. Yunus (1992 : 79), passing adalah mengoperkan bola kepada teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu, sebagai langkah awal untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan. Passing menurut M. Yunus (1992:122) adalah pengoperan bola kepada teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu sebagai langkah awal untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan. Jadi jelaslah bahwa awal sentuhan bola oleh seorang pemain dalam permainan bola voli, untuk dioperkan kepada teman seregunya yang biasanya adalah pengumpan untuk selanjutnya dimainkan di lapangan sendiri yaitu diumpankan pada smasher untuk melakukan serangan terhadap regu lawan. Berdasar pada macam teknik dasar passing dalam permainan bola voli, maka teknik passing dibedakan meliputi teknik passing atas dan teknik passing bawah.
c.         Umpan (set up)
Menurut M. Yunus (1992 : 101), umpan adalah menyajikan bola kepada teman dalam satu regu, yang kemudian diharapkan bola tersebut dapat diserangkan ke daerah lawan dalam bentuk smash.
d.        Smash
Smash adalah pukulan yang utama dalam penyerangan dalam usaha mencapai kemenangan (M. Yunus, 1992 : 108).
e.         Bendungan (block)
Block merupakan benteng pertahanan yang utama untuk menangkis serangan lawan (M. Yunus, 1992 : 119).
Berdasar pada berbagai macam teknik dasar permainan bola voli tersebut, pukulan servis merupakan upaya pukulan bola ke dalam permainan oleh pemain belakang kanan yang berada di daerah servis. Servis dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
1)      Servis pertama pada set pertama, begitu juga pad aset penentuan dilakukan oleh suatu regu yang ditentukan dengan undian.
2)      Set yang lainnya akan dimulai oleh regu yang tidak giliran servis pertamapada set terdahulu.
3)      Apabila regu yang menang dalam permainan (rally) akan berhak mendapatkan angka dan berhak mendapatkan giliran servis denganmelakukan rotasi letak permainan bergerak dari posisi kanan depan ke posisi kanan belakang.
4)      Wasit pertama mengijinkan untuk dilakukan servis sesudah dicek bahwakedua regu telah siap dimainkan dan juga server berada dalam posisi pegang bola.
5)      Waktu melakukan servis bola harus dipukul dengan satu tangan atau salah satu bagian dari lengan sesudah bola dilambungkan dari tangan.
6)      Pada saat melakukan servis, server tidak boleh terkena lapangan (termasuk garis akhir) atau lantai di luar batas daerah servis.
7)      Server harus memukul bola dalam 5 detik sesudah wasit pertama meniuppeluitya untuk dilakukan servis.
8)      Apabila servis dilakukan sebelum wasit meniup peluit, servis tersebutdibatalkan dan diulangi lagi.
9)      Apabila sesudah bola dilambungkan atau terlepas, server membiarkan jatuh di lapangan tanpa tersentuh bola tersebut, itu sebagai satu persiapanservis.
10)  Sesudah satu kali dilakukan persiapan servis, wasit memberikan hak kembali dilakukan servis tanpa menunda waktu, dan server harus melakukan selama tiga detik berikutnya.
11)  Hanya satu kali persiapan servis yang diperkenankan untuk setiap melaksanakan servis.
12)  Pemain dari regu yang melaksanakan servis tidak boleh menghalangi,melalui pentabiran (menutupi pandangan) dari pandangan server atau arahdatangnya bola.
13)  Merupakan kesalahan servis apabila :
a.       Kesalahan posisi servis (salah rotasi)
b.      Servis tidak dilakukan secara benar (tidak berada di daerah servis)
c.       Pelanggaran peraturan tentang persiapan servis
14)  Merupakan kesalahan servis setelah bola dipukul apabila :
a.       Bola disentuh pemain sendiri ketika dilakukan servis atau gagal melewati bidang tegak lurus dari net
b.      Bola keluar
c.        Terlintas di atas pentabiran perorangan atau berkelompok
15)  Bila server salah servis dan lawan salah posisi adalah kesalahan servis dikenakan sangsi.
16)  Jika pelaksanaan servis benar, tetapi setelah kemudian servis tersebut menjadi salah (keluar dan sebagainya) kesalahan posisi tersebut yang diutamakan dan adalah dikenakan sangsi.
2.    Kelentukan Togok Belakang
Kelentukan atau daya lentur (flexibility) adalah evektivitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas (Sajoto,1995:9). Jadi kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kelentukan togok dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi terutama sendi-sendi dalam kolumna vertebralis, dimana sangat berguna dalam melakukan roll depan.
Kelentukan adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh pada bidang sendi yang luas. Kelentukan dipengaruhi oleh elastisitas sendi dan elastisitas otot-otot serta dinyatakan dalam satuan derajat (º). Harsono (1988:163) menyatakan bahwa lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi- sendinya. Jadi kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot, tendon, dan ligamen. Sedangkan William (1990:87) menyatakan bahwa kelentukan sangat berguna sekali dalam tindakan preventif mengatasi cidera dan perbaikan postur yang buruk. Harsono (1988:163) menyatakan berdasar hasil-hasil penelitian menyatakan bahwa perbaikan dalam kelentukan akan dapat:
1.        Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera-cedera otot dan sendi;
2.        Membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan kelincahan;
3.        Membantu memperkembangkan prestasi;
4.        Menghemat pengeluaran tenaga (efisien) pada waktu melakukan gerakan- gerakan; dan
5.        Membantu memperbaiki sikap tubuh.
Harsono (1988:163) memberikan definisi sebagai berikut "Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot, tendo dan ligament.
Istilah fleksibilitas dalam bidang keolahragaan yang merupakan penyaluran istilah dari bahasa Inggris yaitu "fleksibility", menurut beberapa referensi keolahragaan Indonesia fleksibility disama artikan dengan kelentukan. Oleh karena itu terdapat kesamaan pengertian istilah antara infleksibilitas dengan kelentukan, sehingga di dalam kajian perilaku motorik dapat dipergunakan istilah fleksibilitas untuk menyatakan kelentukan.
Pada dasarnya semua cabang olahraga membutuhkan unsur kelentukan (fleksibilitas), karena kelentukan menunjukkan kualitas yang memungkinkan suatu segmen bergerak semaksimal menurut kemungkinan gerak. Kemungkinan kualitas otot-otot itu atau sekelompok otot untuk memanjang dan memendek dalam memanfaatkan sendi-sendi secara maksimal. Kelentukan biasanya mengacu pada ruang gerak sendi atau sendi-sendi tubuh.
Lentuk tidaknya seseorang juga ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi-sendinya, kelentukan juga ditentukan oleh elastis atau lentur tidaknya otot-otot, tendo dan ligamen, jadi kelentukan adalah kemungkinan gerak pada daerah gerak persendian atau golongan persendian. Meski hal ini dipengaruhi oleh bentuk tulang yang membentuk persendian, faktor yang paling besar pengaruhnya pada kelentukan adalah kemampuan otot di sekitar persendian tersebut untuk merenggang seoptimal mungkin. Kelentukan dapat dilatih setiap hari berupa latihan-latihan peregangan. Dengan latihan tersebut meskipun hanya dalam waktu yang tidak lama, dapat membantu untuk :
a.         Mencegah cedera
b.        Memperbaiki efesiensi biomekanis
c.         Menaikkan kemampuan otot yang memanjang
d.        Memperbaiki koordinasi antara golongan otot
e.         Memperbaiki relaksasi otot
f.         Mengurangi kekuatan otot setelah bergerak
g.        Mengadakan kemungkinan terjadinya keterbatasan gerak karena membesarnya otot
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan ternyata makin lentuk seseorang atlet pada umumnya dapat memberikan penampilan yang lebih baik dalam melakukan olahraganya. Sebaliknya kelentukan yang sangat terbatas menyebabkan gerakan yang terbatas pula, dan mengakibatkan mudahnya terjadi cedera pada otot-otot, kelentukan dapat bertambah baik dengan mengurangi ketegangan otot, dengan menggunakan kekuatan yang terkontrol untuk menambah daerah gerak. Faktor yang mempengaruhi kelentukan (fleksibility). Mahendra (2001:80) mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelentukan (fleksibility) seseorang diantaranya adalah umur, panas, latihan olahraga, pemanasan (warning up), dan jenis kelamin.
Jadi perlu ditekankan bahwa apabila melakukan latihan kelentukan dengan teratur. Menurut hasil penelitian mempunyai beberapa keuntungan-keuntungan antara lain :
a.         Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera-cedera pada otot dan sendi
b.       Membantu dalam mengembangkan kecepatan koordinasi dan kelincahan
c.         Membantu berkembangnya prestasi olahraga
d.      Menghemat pengeluaran tenaga pada waktu melakukan gerakan-gerakan
e.         Membantu memperbaiki sikap tubuh
Noer, dkk (1993:52) mengemukakan bahwa kelentukan adalah kemampuan persendian dalam melaksanakan gerak yang seluas-luasnya. Sedangkan menurut Sajoto (1988:58) bahwa kelentukan adalah keefektifan seseorang dalam penyesuaian dirinya untuk melakukan segala aktifitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya terutama otot-otot ligamen. Ligamen di sekitar kelentukan sangat penting di dalam kegiatan gerak olahraga karena apabila seseorang mengalami gerak yang kurang luas pada persendiannya dapat mengganggu gerakan atau mudah menimbulkan cedera.
3.     Daya Ledak Lengan
Daya ledak merupakan komponen biomotorik. Daya ledak adalah kemampuan otot untuk menggerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat (Juliantine, dkk., 2007). Daya ledak sering disebut eksplosif atau daya otot. Menurut Sajoto (1995) daya otot (muscular power) adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Daya ledak sangat penting untuk cabang-cabang olahraga yang memerlukan eksplosif, seperti lari sprint, nomor-nomor lempar dalam atletik, atau cabang-cabang olahraga yang gerakannya didominasi oleh meloncat, dalam olahraga voli dan juga pada bulutangkis serta olahraga sejenisnya.
Otot yang kuat otot yang mempunyai daya ledak yang besar, sebaliknya otot yang mempunyai daya ledak yang besar hampir dapat dipastikan mempunyai nilai kekuatan yang besar (Boosey, 1980). Daya ledak ialah kemampuan sebuah otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh (Suharno, 1993).
Daya ledak merupakan hasil dari kekuatan maksimum dan kecepatan maksimum (Bompa,1999, Bosco, dan Gustafson, 1983). Daya ledak adalah kemampuan seseorang mengatasi tahanan dengan kecepatan yang tinggi dalam gerak yang utuh (Harre, 1982). Bosco dan Gustafson (1983) menyatakan bahwa, daya ledak adalah kemampuan melakukan gerakan secepat mungkin dengan kekuatan maksimum.
Jensen (1983) menyatakan bahwa daya ledak merupakan komponen yang penting untuk melakukan aktivitas yang berat seperti meloncat, melempar, memukul dan sebagainya. Bompa (1999), daya ledak merupakan hasil dari kekuatan dalam waktu yang singkat. Menurut Bucher (Harsono, 1988) dikatakan bahwa seorang individu yang mempunyai power adalah orang yang memiliki (a) derajat kekuatan otot yang tinggi, (b) derajat kecepatan yang tinggi, dan (c) derajat yang tinggi dalam keterampilan menggabungkan kecepatan dan kekuatan otot.
Menurut Suharno (1993), beberapa faktor yang menentukan daya ledak otot adalah: 1) banyak sedikitnya fibril otot putih dalam tubuh atlet, 2) tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP), 3) kekuatan dan kecepatan, 4) waktu rangsangan dibatasi secara konkrit lamanya, 5) Koordinasi gerakan yang harmonis.
Jenis daya ledak Bompa (1999) membagi daya ledak berdasarkan gerakan olahraga yang dilakukan yaitu:
a.       Daya ledak asiklik, biasanya dilakukan pada olahraga yang gerakannya tidak sama. Contoh olahraga atletik, lompat, lempar. Pada olahraga permainan bolavoli, sepakbola, bola basket, bulutangkis dll.
b.      Daya ledak siklik, ini biasanya digunakan pada olahraga yang gerakannya sama dan berulang-ulang. Contoh pada olahraga lari cepat, berenang, balap sepeda, dan olahraga yang memerlukan kecepatantinggi.
Nossek (1982) membagi daya ledak menjadi dua bagian berdasarkan aktivitas yang dilakukan yaitu:
a.       Kekuatan eksplosif ini diterapkan untuk mengatasi atau menanggulangi perlawanan yang lebih rendah dari pada perlawanan yang maksimum, tetapi dengan kekuatan akselarasi maksimum.
b.       Kekuatan Kecepatan, ini dilakukan melawan perlawanan dengan akselarasi di bawah maksimum.
Penggunaan tenaga oleh otot atau sekelompok otot secara eksplosif berlangsung dalam kondisi dinamis. Ini terjadi pada melemparkan benda, pemindahan tempat sebagian atau seluruh tubuh, dan sebagainya hal ini untuk gerakan tunggal atau satu pengulangan. Kekuatan maksimum dan eksplosif atau perkembangan kekuatan kecepatan hendaknya dilatih sejajar (Nossek,1982).
Faktor yang mempengaruhi daya ledak otot lengan bila dilihat lebih mendalam potensi daya ledak seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor ekternal (Berger, 1982) dalam Luh Putu Tuti Ariani (2011).
a.        Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh atlet sendiri diantaranya: jenis kelamin, berat badan, panjang anggota gerak atas, kebugaran fisik, umur, menunjukkan tingkat kematangan yang dikaitkan dengan pengalaman. Perbedaan dan penambahan umur sangat menentukan kekuatan otot, selain itu dimensi anatomis dan diameter otot (Astrand, 1986). Tenaga mencapai puncak pada umur 20 tahun (Sharkey, 2003). Adapun beberapa faktor internal yaitu:
1. Jenis Kelamin.
Secara biologis laki-laki dan wanita akan berbeda kekuatan dan kecepatan karena adanya hormone testosterone pada laki-laki dan wanita. Perbedaan terjadi sangat mencolok setelah mengalami pubertas karena adanya perbedaan proporsi dan besar otot dalam tubuh. Pada umur 18 tahun ke atas laki-laki mempunyai kekuatan dua kali lebih besar daripada wanita (Powers dan Howleys 2004).
2. Berat Badan
Berat badan menentukan penampilan. Persen lemak adalah presentasi keseluruhan berat badan yang berlemak. Berat badan seseorang menyebabkan pembesaran massa otot dan juga akan meningkatkan kekuatan. Makin tebal otot makin kuat otot tersebut. Sehingga tebal otot mempengaruhi berat badan. Kekuatan otot erat kaitannya dengan berat badan. Semakin berat badan seseorang karena otot makin tebal maka kekuatan akan bertambah. Tetapi otot kuat belum menjamin akan mempunyai daya ledak tinggi tetapi dengan memiliki otot kuat merupakan modal utama untuk dapat meraih daya ledak yang tinggi.
3. Tinggi badan
Tinggi badan adalah jarak dari alas kaki sampai titik tertinggi pada posisi kepala dalam posisi berdiri. Tinggi badan yang lebih tinggi dapat menpengaruhi pertumbuhan organ tubuh lainnya yaitu panjang lengan dan panjang tungkai (Hadi, 2005) dalam Luh Putu Tuti Ariani (2011).
4. Kesegaran jasmani
Kesegaran jasmani seseorang, merupakan salah satu parameter dalam memeberikan pembebanan pelatihan, karena tingkat kesegaran jasmani yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan sehingga tidak dapat melakukan pelatihan secara maksimal. Semakin baik kapasitas aerobik sesorang akan makin baik pula kebugaran fisiknya (Soekarman, 1986). Kebugaran fisik dapat diukur melalui lari 2,4 km diukur menggunakan stopwatch, yang dinyatakan dalam waktu tempuh, satuan menit dengan ketelitian 0,01 menit. Penilaian kebugaran fisik berdasarkan umur dan jenis kelamin dalam tabel (Sajoto, 2002).
b.        Faktor Eksternal
1.        Suhu lingkungan
Suhu lingkungan yang panas akan berpengaruh terhadap aktivitas kerja otot karena akan mempercepat terjadinya pengeluaran keringat. Sebagaian dari volume darah akan dibawa kekulit untuk mengkompessasi kelebihan panas. Hal ini berarti bahwa telah terjadi kekurangan kerja otot didalam melakukan pelatihan. Begitu juga sebaliknya, pada suhu lingkungan yang dingin tubuh akan bereaksi untuk mengimbangi kosentrasi panas tubuh dengan reaksi menggigil, gerakan mengigil memerlukan energi tambahan (Manuaba, 1983).
2.        Kelembaban relatif
Kelembaban relatif menentukan proses pelatihan karena perbandingan udara basah dan kering sangat menentukan kenyamana dalm pelatihan. Apabila kelembaban udara cukup tinggi atau diatas 90%, maka akan sangat mempengaruhi kesanggupan pengeluaran panas tubuh akibat aktivitas pelatihan melalui evaporasi. Apabila kelembaban udara dibawah 80%,maka akan mempengaruhi keseimbangan panas tubuh,metabolism meningkat akibat aktivitas tubuh untuk mengimbangi suhu dingin sehingga tubuh mengeluarkan energi yang lebih besar untuk menyesuaikan suhu tubuh dan suhu lingkungan. Kelembaban relatif Indonesia berkisar antara 70-80% (Manuaba, 1983).
I.         Metode Penelitian
1.        Populasi dan Sampel
a.        Populasi
Populasi adalah keseluruhan individu yang menjadi objek penelitian. Menurut Mardalis (1989: 53) bahwa: Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel, pada kenyataannya populasi itu adalah sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Kasus-kasus tersebut dapat berupa orang,  barang, hewan, hal atau peristiwa. Sekiranya populasi terlalu banyak jumlahnya, maka biasanya diadakan sampling untuk menentukan apakah sampel itu dapat mewakili populasi, diperlukan perhitungan statistik agar dapat memberi petunjuk mengenai penyimpangan sampel dari populasi sekaligus dapat memberi kepastian mengenai tingkat kepercayaan yang selanjutnya dipergunakan untuk menilai data yang terdapat dari sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa yang berada di club bola voli SMA Negeri 1 Torue. Adapun jumlah populasinya sebanyak 18 orang.
b.        Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 130). Selanjutnya Arikunto (2006: 131) menyatakan bahwa untuk sekedar ancar-ancar apabila subyek kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya berupa penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya besar atau lebih dari 100, dapat diambil 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih.Tergantung setidak-tidaknya dari (a) kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana, (b) sempit luasnya pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data, (c) besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar tentu saja jika sampelnya besar, hasilnya akan lebih baik. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling atau secara acak ini peneliti mengadakan undian atau lotere dengan menuliskan nomor urut siswa setelah nomor tertulis kemudian diundi yang menjadi sampel untuk mewakili populasi.
Mengacu pada pendapat diatas, dan selanjutnya mengingat jumlah populasi yang kurang dari 100 orang, maka peneliti mengambil sampel sebanyak 18 orang dengan teknik total sampling atau keseluruhan dari jumlah populasi.
2.        Rancangan Penelitian
Desain penelitian atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Secara sederhana rancangan penelitian digambarkan sebagai berikut :
                     Gambar 1.  Rancangan Penelitian
                         Sumber : Nirwana (1994: 6)
Keterangan :
X1 = Kelentukan togok belakang
X2  = Daya ledak lengan
Y  = Jumping service
3.        Instrumen Penelitian
Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Standing trunk fleksiometer, bola basket atau medicine bool, bola voli, tali rafia, formulis tes dan alat tulis.
4.        Teknik Pengambilan Data
a.       Tes Kelentukan Togok
1)        Tujuan                                   : Untuk mengukur kelentukan togok
2)        Alat dan Perlengkapan          : Standing trunk fleksiometer (kotak pengukur kelentukan), formulir tes dan alat tulis.
             Pelaksanaan tes            : 
                        i.          Siswa berdiri diatas alat standing trunk fleksiometer dengan kedua kaki rapat,        ujung jari kaki tidak melewati tepi kotak. Kedua ibu jari tangan saling berkaitan satu sama lain sedangkan kedua lutut harus lurus.
                ii.          Selanjutnya togok dibungkukkan pelan-pelan kebawah dan kedua tangan berusaha mencapai skala serendah mungkin. Sikap ini dipertahankan selama 3 detik.
                                iii.          Siswa diberikan kesempatan melakukan test sebanyak 3 kali berturut-turut.
                          iv.          Penilaian:  Hasil yang dicatat adalah angka skala yang dicapai oleh ujung jari siswa pada saat pengukuran, dan  yang diambil adalah hasil yang terbaik dari 3 kali melakukan tes.
b.      Tes Daya Ledak Lengan.
1)      Tujuan    : Untuk mengukur daya ledak atau power lengan.
2)      Alat        : Meteran, bola basket atau medicine bool, lantai datar, formulir tes dan alat tulis.
3)      Pelaksanaan tes  :
          i.           Testee dalam posisi duduk, bersandar pada kursi dengan punggung rapat pada sandaran kursi. Sebagai pengaman agar pundak tidak terdorong ke depan dada dapat diikat pada kursi.
        ii.              Dengan memegang bola di depan dada, siku sejajar dengan pundak dan siap untuk menolak bola ke depan.
            iii.          Selanjutnya dengan aba-aba “Ya” testee melakukan gerakan tolakan bola ke depan sejauh mungkin.
                iv.          Jauh lemparan bola yang benar menjadi nilai kemampuan daya ledak lengan.
4)      Penilaian            : Testee diberikan kesempatan melakukan 2 kali pengulangan. Nilai terjauh dari hasil lemparan yang diambil mengawali nilai testee.
c.       Jumping Service
Instrument yang digunakan untuk mengukur kemampuan service dalam permainan bolavoli yakni untuk tes jumping service adalah instrument test service permainan bola voli putra laveage (sutanto rihartin, 2007: 40).
Adapun langkah-langkah pelaksanaan test jumping service adalah sebagai berikut:
        i.            Setiap anak dipanggil satu-persatu sesuai dengan daftar nama yang tersedia,
      ii.            Testee (orang yang dites) melakukan jump service sebanyak 10 kali,
    iii.            Kesalahan dalam melakukan service sesuai dengan peraturan nilainya 0,
    iv.            Nilai akhir dari teste adalah jumlah nilai yang diperoleh 10 kalipelaksanaan service, dan
      v.            Apabila bola mengenai garis, maka yang dihitung adalah nilai yangterbesar.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar daerah sasaran test service dari laveage:

Gambar.  7.  Daerah sasaran service dari laveage
Keterangan :
-          x : daerah service
-          4 , 0. 3. 5. 2. 10 : point service
-          A , B , C , D , E , F : kotak sasaran service
1.    Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: Bola voli putra, lapangan bola voli, meteren, net, kapur putih, dan alat-alat tulis.
2.    Pelaksanaan tes adalah
-          Service dilakukan dibelakang garis belakang lapangan.
-          Jumping service dilakukan 10 kali kesempatan secara berturut-turut
3.    Penilain : hasil tes dari 10 kali melakukan jumping service dijumlahkan Sebagai hasil akhir tes jumping service ini sebagai data penelitian.
5.     Analisis Data
Analisis data adalah cara atau langkah-langkah yang dipergunakan untuk menganalisa data atau mengolah hasil penelitian. Analisa data ini mempunyai peranan penting sekali di dalam mengadakan suatu penelitian untuk mengolah data yang diperoleh dengan disesuaikan atau keadaan dan hipotesa yang telah disajikan. Mengingat jenis data dalam penelitian tersebut adalah berbeda, dan sifat penelitiannya korelasi, maka analisis data yang digunakan dengan cara mengkorelasikan hasil tes dari variabel yang berupa kelentukan togok belakang, daya ledak lengan dan variabel jumping service pada club bola voli SMA Negeri 1 Torue.

    DAFTAR PUSTAKA

Agus Margono, 1995 , Permainan Besar Bola Voli, Jakarta : Depdikbud, Balai Pustaka.
Arikunto Suharsini, 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
A.Sarumpet ,dkk .1992.Permainan Besar .Padang : depdikbud
Astrand, P.D.,Rodahl, K, 1986. Texbook of Work Physiological Basic of Exercise. New York: Mc.Graw Hill Brooks Company.
Beutelstahl, Dieter, 1986, Belajar Bermain Bola Volley, Bandung, Pioneer.
Boosey, D. 1980. The Jump Conditioning and Technical Trainning. Beatrice Avenal: Beatrice Publising Ltd.
Bompa, T. O. 1999. Periodization: Theory and Methodology of Training, 4th Edition. Kendall/Hunt: Publishing Company.
Harsono, 1988. Coaching dan aspek-aspek psikologi dalam coaching. Jakarta Dirjen.
Harre, D. 1982. Principle of Sport Training. Berlin: Sportverlag.
Juliantine, T., Yudiana, W., Subarjah, H .2007. Teori Latihan. Bandung. Fakultas
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. UPI.
Jensen, C. R., Fisher. 1983. Scientific Basis.
Luh Putu Tuti Ariani. 2011. Pengaruh latihan menarik katrol dengan beban 5 kg. Universitas Negeri Singaraja
Mahendra, Agus. 2001. Pembelajaran Senam di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
M. Maryanto dkk, 1995, Teknik Dasar Permainan Bola Voli, Jakarta : Depdikbud
Mardalis, 1989. Metode penelitian (Suatu pendekatan proposal). PT Bina Aksara, jakarta.
Manuaba, I. B. A. 1983. Aspek Ergonomi dalam Perencanaan Komplek Olahraga dan Rekreasi. Naskah lengkap Panel Diskusi Rencana Induk Gelora Jakarta: 21 September 1983
Nuril Ahmadi. 2007.Panduan Olahraga Bola voli.Surakarta : Era PustakaUmumSuharsimi
Nirwana, S.T.S. 1994. Analisis regresi dan korelasi. Bandung:FMIPA Universitas Padjajaran.
Noer, dkk, 1993. Kepelatihan Dasar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Nossek, J. 1982. General Teori Of Training, (Terjemahan M. Furqon H). Surakarta: Sebelas Maret University Perss.
Powers, S. K., Howley, E. T. 2004. Exercise Pysiology, Theory and Application to fitness and Performance. 5th Edition. New York: Mc. Graw Hill Companies. Inc.
Riduwan, 2003. Dasar-dasar Atletik. Bandung : Alfabeta.
Sajoto, M. 1988. Pembinaan kondisi fisik dalam bidang olahraga. Jakarta Depdikbud, Dirjen Dekti.
Sharkey, B. J. 2003. Kebugaran & Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suharno, HP. 1993. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung. PT. Karya Ilmu.
Soekarman. 1986. Energi dan Sistem energi Predominan Pada Olahraga. Pusat Ilmu Olahraga: Jakarta. Koni Pusat.
Teknik dasar bola voli putra .http://brammultiply.com.journal.
Usman, H. B,dkk. 2005. Pedoman Penyusunan dan Penilaian Karya Ilmiah Edisi Kedua. Palu: FKIP Universitas Tadulako
William & Michael, 1984. Life the fitness and wellness second edition. Dubuque-woc. C Brown publishers.
Yunus, M., 1992, Olahraga Pilihan Bola Voli, Jakarta, Depdikbud, Dirjen Dikti.