Halaman

SLIDE

Minggu, 25 November 2012

KONTRIBUSI KELENTUKAN TOGOK BELAKANG DAN DAYA LEDAK LENGAN DENGAN KEMAMPUAN JUMPING SERVICEDALAM PERMAINAN BOLA VOLI PADA CLUB SMA NEGERI 1 TORUEE


 
A.      Latar Belakang
Olahraga merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sangat memerlukan suatu kondisi fisik atau keadaan tubuh yang prima. Kondisi fisik merupakan suatu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas manusia karena kondisi fisik yang prima adalah suatu syarat yang sangat diperlukan untuk peningkatan prestasi pada seorang atlet. Banyak olahraga yang membutuhkan kondisi fisik yang prima diantaranya cabang olahraga permainan. termasuk cabang olahraga bola voli.
Permainan bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat, sebab sarana dan prasarananya sederhana dan mudah didapatkan. Kenyataan ini dapat dilihat diseluruh pelosok tanah air, mulai dari kota besar hingga desa-desa terpencil. Permainan olahraga bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang dapat dimainkan oleh seluruh lapisan masyarakat,  mulai dari anak-anak, remaja, pemuda, maupun orang tua dan permainan bola voli tidak hanya digemari oleh laki-laki tetapi juga oleh perempuan.
Selain itu, permainan bola voli pada masa sekarang ini bukan hanya sebagai olahraga rekreasi yang banyak digemari oleh masyarakat melainkan olahraga ini telah menjadi olahraga prestasi, apalagi permainan bola voli sekarang sudah dikelolah dengan baik dan profesional. Hal ini terlihat dengan munculnya turnamen atau kejuaraan antar klub bola voli yang rutin dilakukan setiap tahun.
Olahraga bola voli yang dipertandingkan dalam berbagai pesta olahraga seperti PON, Asian Games dan Olympiade, mengakibatkan permainan bola voli semakin populer dan berkembang pesat apalagi permainan bola voli ini dapat dilaksanakan di lapangan terbuka dan lapangan tertutup. Perkembangan terakhir olahraga permainan bola voli yakni dapat di mainkan di pasir yang kemudian lebih populer dengan sebutan permainan voli pantai.
Permainan bola voli adalah salah satu cabang olahraga beregu yang dimainkan oleh dua regu dan tiap regu terdiri dari enam orang pemain yang sudah menguasai teknik permainan bola voli. Selain menguasai teknik permainan, seorang pemain  juga harus memiliki kemampuan yang bersifat individu.
Permainan bola voli memerlukan unsur fisik sangat menunjang penampilan seorang pemain. Adapun unsur fisik yang dimaksud antara lain: kekuatan, daya tahan, daya otot, kecepatan, kelentukan, kelincahan, keseimbangan, ketepatanreaksi dan koordinasi Sajoto (1995:8-10). Semua unsur fisik tersebut harus dilatih secara bertahap supaya menghasilkan kemampuan yang baik. Peneliti hanya memfokuskan penelitiannya pada kelentukan togok belakang dan daya ledak lengan terhadap kemampuan jumping service yang sebenarnya masih banyak unsur fisik yang mempengaruhi kemampuan servis ini.
Kelentukan togok sangat penting untuk menghasilkan kemampuan untuk melakukan servis yang maksimal jika dilatih dengan baik, sedangkan daya ledak lengan juga sangat penting untuk kemampuan memukul bola pada saat jumping service. Hal itu yang membuat peneliti tertarik untuk mengambil judul”Kontribusi kelentukan togok belakang, daya ledak lengan terhadap kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue. Selain itu juga berdasarkan pengalaman peneliti bahwa ketiga unsur di atas mempunyai hubungan terhadap kemampuan jumping service, untuk itu peneliti ingin membuktikan dengan penelitian. apakah ketiga unsur tadi mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemampuan jumping service
Alasan peneliti mengambil penelitian ini adalah bahwa pada club bola voli SMA Negeri 1 Torue, menurut informasi dari pelatih bahwa kemampuan jumping service belum maksimal, apalagi pada saat pelaksanaan latihan servis para pemain masih sangat kurang maksimal dalam melakukannya. Karena servis ini sulit dilakukan dengan maksimal bagi pemain pemula yaitu para pemain club SMA yang pemainnya adalah siswa SMA Negeri 1 Torue.  Sehingga di setiap pertandingan yang berada di Kabupaten PARIMO club ini selalu tersisihkan. Karena tidak memiliki servis yang akurat untuk menyerang lawannya. Sementara para pemain yang berada di club ini telah memiliki fasilitas yang memadai. Hanya mereka saja yang kurang rutin untuk berlatih fisik agar lebih terjaga. Khususnya melatih kelentukan togok belakang, daya ledak lengan.
Berdasarkan masalah diatas, maka peneliti akan diarahkan pada analisis Kontribusi kelentukan togok belakang dan daya ledak lengan dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue.
B.       Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.        Apakah ada kontribusi kelentukan togok belakang dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue ?
2.        Apakah ada kontribusi daya ledak lengan dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue ?
3.        Apakah ada kontribusi kelentukan togok belakang dan daya ledak lengan dengan kemampuan jumpumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue ?
C.      Tujuan Masalah
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.        Untuk mengetahui apakah ada kontribusi kelentukan togok belakang dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue ?
2.        Untuk mengetahui apakah ada kontribusi daya ledak lengan dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue ?
3.        Untuk mengetahui apakah ada kontribusi kelentukan togok belakang dan daya ledak lengan dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue ?
D.      Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini erat kaitannya dengan pokok-pokok pikiran yang melatarbelakangi masalah. Dengan diketahuinya gambaran mengenai, kontribusi kelentukan togok belakang dan daya ledak lengan dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue, maka penulis dapat memberi manfaat dari penelitian tersebut adalah:
1.        Bagi Siswa atau atlet
Sebagai bahan masukan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu keolahragawa yang menyangkut tentang kontribusi kelentukan togok belakang dan daya ledak lengan terhadap kemampuan jumping service.
2.    Bagi Pembina dan Pelatih Olahraga
Sebagai bahan perbandingan bagi pembina dan pelatih olahraga, khususnya olahraga bola voli yang berada di Kabupaten PARIMO dan sekitarnya.
3.    Bagi Guru dan pembina
Dapat memberikan pengalaman untuk pembinaan siswa atau atlet dalam meningkatkan kemampuan jumping service bagi siswa dan atlet.
4.    Bagi sekolah
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk perkembangan anak sekolah dalam bidang olahraga bola voli.
5.    Bagi Peneliti
Merupakan sumbangan yang dapat berguna bagi Mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi guna untuk meningkatkan kemampuan jumping service dalam cabang olahraga bola voli.
6.    Bagi Universitas Tadulako
Sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan berbagai sudut pandang permasalahan yang lebih luas.
E.       Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah tersebut di atas, sedangkan untuk kebenarannya harus diuji melalui hasil penelitian. Pola kontribusi variabel penelitian secara hipotesis sebagai berikut:
1.        Ada kontribusi kelentukan togok belakang dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue ?
2.        Ada kontribusi daya ledak lengan dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue ?
3.        Ada kontribusi kelentukan togok belakang dan daya ledak lengan dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue ?
F.       Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada kontribusi kelentukan togok belakang dan daya ledak lengan dengan kemampuan jumping service dalam permainan bola voli pada club SMA Negeri 1 Torue.
G.      Devinisi Operasional Fariabel
Menghindari terjadinya pengertian yang keliru tentang konsep variabel yang terlibat dalam ini, batasan-batasan variabel yang terlibat akan dijelaskan secara operasional sebagai berikut :
1.     Jumping service yang dimaksudkan pukulan yang dilakukan dengan jumping dari daerah belakang garis lapangan melampaui net ke daerah lawan. Pukulan ini dilakukan pada permulaan dan setelah terjadinya setiap kesalahan ( M. Maryanto, 1993 : 114 ) .
2.          Kelentukan togok belakang menurut Harsono (1988:163) adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot tertentu, tendo dan ligament, sedangkan menurut Sajoto (1988:58) bahwa kelentukan adalah keefektifan seseorang dalam penyesuaian dirinya untuk melakukan segala aktifitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya terutama otot-otot, ligment-­ligment di sekitar persendian.
3.        Daya ledak lengan menurut Juliantine, dkk., 2007 adalah kemampuan otot untuk menggerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat.
H.      Kajian Pustaka
1.        Hakekat Permainan Bola Voli
Menurut Suharno HP (1985 : 1), permainan bola voli adalah cabang olah raga beregu yang dimainkan oleh dua regu yang masing – masing regu terdiri dari 6 orang pemain dan di setiap lapangan dipisahkan oleh net. Pantulan bola yang dimainkan boleh menggunakan seluruh anggota badan. Maksud dan tujuan dari permainan ini adalah menjatuhkan bola di lapangan lawan melewai atas net dengan syarat pantulan sempurna dan bersih sesuai dengan peraturan. Permainan dimulai dengan pukulan bola servis. Bola harus dipukul dengan satu tangan ke arah lapangan lawan melewati net.
Setiap regu dapat memainkan bola sampai tiga kali pantulan untuk dikembalikan (kecuali perkenaan bola saat membendung). Dalam permainan bola voli hanya regu yang menang satu rally permainan memperoleh satu angka, hingga salah satu regu menang dalam pertandingan dengan terlebih dahulu mengumpulkan minimal dua puluh lima angka dan untuk set penentuan lima belas angka.
Menurut M. Yunus (1992: 68), Teknik adalah cara melakukan atau melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu secara efisien dan efektif. Teknik dalam permainan bola voli dapat diartikan sebagai cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan – peraturan yang berlaku dalambola voli untuk mencapai hasil yang optimal.
Sedangkan menurut Suharno HP (1979 : 11), Teknik adalah suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang permainan bola voli. Untuk meningkatkan prestasi bola voli, teknik ini erat sekali hubungannya dengan gerak, kondisi fisik, taktik dan mental. Teknik dasar bola voli harus betul – betul dikuasai terlebih dahulu guna dapat mengembangkan mutu prestasi permainan bola voli. Penguasaan teknik dasar merupakan salah satu unsur yang ikut menentukan menang atau kalahnya suatu regu dalam suatu pertandingan di samping unsur – unsur kondisi fisik, taktik dan mental.
Menurut Suharno HP (1979 : 11), Syarat penting dalam penguasaan teknik dasar bola voli mengingat hal – hal sebagai berikut :
1)      Hukuman terhadap pelanggaran permainan yang berhubungan dengan kesalahan dalam melakukan teknik.
2)      Karena terpisahnya tempat antara regu yang satu dengan yang lainnya,sehingga tidak ada terjadinya adanya sentuhan badan dari permainan lawan, maka pengawasan wasit terhadap kesalahan teknik ini lebih seksama.
3)      Banyaknya unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan teknik ini antara lain : membawa bola, menyenduk bola,mendorong bola, mengangkat bola, pukulan rangkap dan bola tertahan.
4)      Permainan bola voli adalah permainan cepat, artinya waktu untuk memainkan bola sangat terbatas, sehingga penguasaan teknik yang tidak sempurna akan memungkinkan timbulnya kesalahan-kesalahan teknik yang lebih besar.
5)      Penggunaan taktik-taktik yang tinggi hanya dimungkinkan kalau penguasaan teknik dasar dan tinggi dalam permainan bola voli sudah cukup sempurna.
Berdasarkan syarat penguasaan teknik dasar bola voli, maka teknik – teknik dasar permainan bola voli dapat dibedakan sebagai berikut :
a.        Jumping service
Service adalah suatu tindakan untuk memasukan bola kedalam permainan oleh pemain belakang kanan, yang memukul bola itu dengan satu tangan atau lengan dari daerah servis ( Nuril Ahmadi, 2007 : 38 ). Pendapat lain pukulan service adalah pukulan pertama yang mengawalirentetan bolak baliknya bola dalam permainan (A. Sarumpet dkk ,1992:95). Dengan demikian,  jumping service merupakan suatu service (tindakan memasukan bola kedalam permainan oleh pemain belakang) yang disertai dengan gerakan melompat vertical (keatas). Gerakan  jumping service hampir sama dengan gerakan smash. Bedanya smash dilakukan dalam permaianan (saat permaianan berlangsung), sedangkan  jumping service sebagai gerakan permulaan dalam permainan.  Jumping service ini dilakukan dalam permainan bola voli sebagai perkembangan service itu sendiri dan gabungan antara service dengan kebiasaan melompat dalam permainan bola voli.
Menurut M. Yunus (1992 : 69), servis merupakan pukulan pembukaan untuk memulai suatu permainan sesuai dengan kemajuan permainan, teknik saat ini hanya sebagai permukaan permainan, tapi jika ditinjau dari sudut taktik sudah merupakan suatu serangan awal untuk mendapat nilai agar suatu regu berhasil meraih kemenangan. Dieter Beutelstahl (2005 : 8) servis adalah sentuhan pertama dengan bola. Mula – mula servis ini hanya dianggap sebagai pukulan permulaan saja, cara melempar bola untuk memulai permainan. Tetapi servis ini kemudian berkembang menjadi suatu senjata yang ampuh untuk menyerang. Jadi teknik dasar ini tak boleh kita abaikan, dan harus kita latih dengan baik terus menerus.
Seperti pada teknik service yang lain, jumping Service adalah pukulan bola yang dilakukan dari daerah belakang garis lapangan melampaui net ke daerah lawan. Pukulan service dilakukan pada permulaan dan setelah terjadinya setiap kesalahan ( M. Maryanto, 1993 : 114 ) . Jumping Service muncul setelah ada perkembangan baru tentang sevice. Pada awalnya service hanya sekedar pemberian bola kepada lawan dan setelah bola diterima lawan mulailah permainan yang sebenarnya. Tetapi perkembangan kemudian ternyata service dapat juga berupa serangan. Hal ini dapat terlihat sewaktu pemegang service melakukannya dengan service melompat atau Jumping Service ( M. Yunus, 1992 : 69 ). Service sangat penting diberikan, karena merupakan salah satu factor penentu keberhasilan permainan bola voli ( Agus Margono, dkk., 1993 : 192 ).
Di situs (http://brammultiply.com.journal) dijelaskan bahwa jumping service merupakan salah satu senjata ampuh untuk mengacaukan serangan kombinasi lawan, sebuah team memerlukan minimal 2 s/d 3 orang jumping service yang dapat mengacaukan irama permainan lawan. Keuntungan menggunakan jumping service adalah :
a)      Dapat menjatuhkan mental lawan,
b)      Mempersulit lawan untuk membangun serangan,
c)      Memudahkan blocker untuk melakukan bendungan,
d)     Memudahkan kerja defender (pembela).
Teknik dalam melakukan jumping service, sebagai berikut :
a)      Awalan ± 4 langkah, hal ini untuk mendapatkan power yangcukup
b)      Lompat pada langkah ke 4 diluar garis belakang dan jatuh didalam lapangan,
c)      Lemparan tidak dari belakang tetapi dari samping badan agardapat terlihat dan mudah mengontrol putaran bola kedepan,
d)     Ayunan tangan sama seperti melakukan Spike Bola Tinggi(Open Spike),
e)      Step ketiga baru bola dilempar keatas, setelah melakukan stepsekali lagi server meloncat dan memukul bola, dan
f)       Gerakan harus harmonis dan berkesinambungan dan konsisten seperti gerakan spike, tidak terpatah patah atau terputus.


Gambar 1. Teknik Melakukan Jumping service
M. Yunus, (1992 : 69)

Gambar 1. Analisis Gerakan Jumping service
M. Yunus, (1992 : 70)

Sebagai catatan, sewaktu mengambil awalan, tolakan kedua kaki berada dibelakang garis (tidak boleh menginjak garis belakang), tapi pendaratan setelah memukul, boleh menginjak garis atau mendarat jauh didalam lapangan sesuai Sebagai catatan, sewaktu mengambil awalan, tolakan kedua kaki berada dibelakang garis (tidak boleh menginjak garis belakang), tapi pendaratan setelah memukul, boleh menginjak garis atau mendarat jauh didalam lapangan sesuai.
Berikut ini elemen-elemen gerakan jumping service yang harus dikuasai olehseorang pemain agar jumping serive dapat dilakukan dengan baik dan benar.
1.        Melambungkan bola
Lambungan bola melambungkan bola merupakan eleman yang harus dikuasai, sebab teknik ini sangat mempengaruhi keberhasilan jumping service. Lambungan yang benaradalah kurang lebih setinggi 3 meter agak kedepan badan, tetapi yang perludiperhatikan adalah bagaimana caranya lambungan tersebut dapat dipukul denganmudah dalam jumping service. Dengan lambungan yang sempurna akan lebih memudahkan untuk melakukan jumping service.
2.        Awalan
Posisi awalan bervariasi tergantung pada pemain, awalan jumping servicedilakukan sekitar 3 meter. Awalan ini berguna sekali untuk memperoleh posisiawal yang mantap untuk melakukan lompatan sehingga memperoleh lompatanyang tinggi, dengan waktu atau saat yang tepat berguna untuk memukul boladengan keras dan dengan waktu yang tepat. Karena dengan awalan yang tepatdapat menghindari terjadi kesalahan seperti menginjak garis akhir pada saatmelakukan tolakan.
3.        Lompatam
Lompatan merupakan gerak dari awalan. Lompatan Vertical dilakukandengan tumpuan dua kaki, kedua lengan terayun untuk membantu memperkuatlompatan sehingga diperoleh lompatan vertical yang tinggi dan dengan mudahpemain dapat memukul bola. Semakin tinggi lompatan yang dilakukan maka bolayang dihasilkan oleh pelaku servis dapat menukik dengan tajam dan cepatsehingga sulit diantisipasi oleh lawan.
4.        Pukulan
Gerakan selanjutnya adalah memukul bola. Pada waktu memukul bolalengan harus tetap lurus agar bola dapat dipukul dengan ketinggian yangmemadai, sehingga bisa melewati net. Selain itu sewaktu memukul bola,pergelangan tangan tidak boleh kaku sehingga diperoleh pukulan top spin yangmemungkinkan bola dengan cepat turun kedalam daerah lapangan lawan.
5.        Mendarat
Gerakan selanjutnya adalah mendarat. Teknik mendarat yang benar adalahmendarat dengan dua kaki. Teknik mendarat yang benar akan memperkecil kemungkinan pemain cidera dan memungkinkan pemain untuk mempersiapkan diri untuk menerima pengembalian bola atau serangan lawan. Gerakan dalam melakukan  jumping service adalah gerakan yang kompleks sehingga perlu juga diperhatikan latihan dari koordinasi dari rangkaian gerak  jumping service, sebab tanpa koordinasi gerak yang baik tidak mungkin jumping service berhasil dengan baik servis adalah sentuhan pertama dengan bola. Pada mulanya servis hanya merupakan pukulan pembukaan untuk memulai suatu permainan, sesuai dengan kemajuan permainan, teknik servis saat ini tidak hanya sebagai permulaan  permaian, tetapi jika ditinjau dari sudut taktik sudah merupakan serangan awaluntuk mendapat nilai agar suatu regu berhasil meraih kemenangan. Hal terpenting dalam service adalah mengontrol bola,kecepatan dan perubahan arahnya. Bila service itu salah akan mengakibatkan bola keluar, jadi penting sekali untuk men”serve” bola kedalam daerah lawan tanpa kekeliruan. Kecepatan dan perubahan mendadak arah bola akan sangat menguntungkan.
b.        Passing
Menurut M. Yunus (1992 : 79), passing adalah mengoperkan bola kepada teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu, sebagai langkah awal untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan. Passing menurut M. Yunus (1992:122) adalah pengoperan bola kepada teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu sebagai langkah awal untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan. Jadi jelaslah bahwa awal sentuhan bola oleh seorang pemain dalam permainan bola voli, untuk dioperkan kepada teman seregunya yang biasanya adalah pengumpan untuk selanjutnya dimainkan di lapangan sendiri yaitu diumpankan pada smasher untuk melakukan serangan terhadap regu lawan. Berdasar pada macam teknik dasar passing dalam permainan bola voli, maka teknik passing dibedakan meliputi teknik passing atas dan teknik passing bawah.
c.         Umpan (set up)
Menurut M. Yunus (1992 : 101), umpan adalah menyajikan bola kepada teman dalam satu regu, yang kemudian diharapkan bola tersebut dapat diserangkan ke daerah lawan dalam bentuk smash.
d.        Smash
Smash adalah pukulan yang utama dalam penyerangan dalam usaha mencapai kemenangan (M. Yunus, 1992 : 108).
e.         Bendungan (block)
Block merupakan benteng pertahanan yang utama untuk menangkis serangan lawan (M. Yunus, 1992 : 119).
Berdasar pada berbagai macam teknik dasar permainan bola voli tersebut, pukulan servis merupakan upaya pukulan bola ke dalam permainan oleh pemain belakang kanan yang berada di daerah servis. Servis dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
1)      Servis pertama pada set pertama, begitu juga pad aset penentuan dilakukan oleh suatu regu yang ditentukan dengan undian.
2)      Set yang lainnya akan dimulai oleh regu yang tidak giliran servis pertamapada set terdahulu.
3)      Apabila regu yang menang dalam permainan (rally) akan berhak mendapatkan angka dan berhak mendapatkan giliran servis denganmelakukan rotasi letak permainan bergerak dari posisi kanan depan ke posisi kanan belakang.
4)      Wasit pertama mengijinkan untuk dilakukan servis sesudah dicek bahwakedua regu telah siap dimainkan dan juga server berada dalam posisi pegang bola.
5)      Waktu melakukan servis bola harus dipukul dengan satu tangan atau salah satu bagian dari lengan sesudah bola dilambungkan dari tangan.
6)      Pada saat melakukan servis, server tidak boleh terkena lapangan (termasuk garis akhir) atau lantai di luar batas daerah servis.
7)      Server harus memukul bola dalam 5 detik sesudah wasit pertama meniuppeluitya untuk dilakukan servis.
8)      Apabila servis dilakukan sebelum wasit meniup peluit, servis tersebutdibatalkan dan diulangi lagi.
9)      Apabila sesudah bola dilambungkan atau terlepas, server membiarkan jatuh di lapangan tanpa tersentuh bola tersebut, itu sebagai satu persiapanservis.
10)  Sesudah satu kali dilakukan persiapan servis, wasit memberikan hak kembali dilakukan servis tanpa menunda waktu, dan server harus melakukan selama tiga detik berikutnya.
11)  Hanya satu kali persiapan servis yang diperkenankan untuk setiap melaksanakan servis.
12)  Pemain dari regu yang melaksanakan servis tidak boleh menghalangi,melalui pentabiran (menutupi pandangan) dari pandangan server atau arahdatangnya bola.
13)  Merupakan kesalahan servis apabila :
a.       Kesalahan posisi servis (salah rotasi)
b.      Servis tidak dilakukan secara benar (tidak berada di daerah servis)
c.       Pelanggaran peraturan tentang persiapan servis
14)  Merupakan kesalahan servis setelah bola dipukul apabila :
a.       Bola disentuh pemain sendiri ketika dilakukan servis atau gagal melewati bidang tegak lurus dari net
b.      Bola keluar
c.        Terlintas di atas pentabiran perorangan atau berkelompok
15)  Bila server salah servis dan lawan salah posisi adalah kesalahan servis dikenakan sangsi.
16)  Jika pelaksanaan servis benar, tetapi setelah kemudian servis tersebut menjadi salah (keluar dan sebagainya) kesalahan posisi tersebut yang diutamakan dan adalah dikenakan sangsi.
2.    Kelentukan Togok Belakang
Kelentukan atau daya lentur (flexibility) adalah evektivitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas (Sajoto,1995:9). Jadi kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kelentukan togok dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi terutama sendi-sendi dalam kolumna vertebralis, dimana sangat berguna dalam melakukan roll depan.
Kelentukan adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh pada bidang sendi yang luas. Kelentukan dipengaruhi oleh elastisitas sendi dan elastisitas otot-otot serta dinyatakan dalam satuan derajat (º). Harsono (1988:163) menyatakan bahwa lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi- sendinya. Jadi kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot, tendon, dan ligamen. Sedangkan William (1990:87) menyatakan bahwa kelentukan sangat berguna sekali dalam tindakan preventif mengatasi cidera dan perbaikan postur yang buruk. Harsono (1988:163) menyatakan berdasar hasil-hasil penelitian menyatakan bahwa perbaikan dalam kelentukan akan dapat:
1.        Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera-cedera otot dan sendi;
2.        Membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan kelincahan;
3.        Membantu memperkembangkan prestasi;
4.        Menghemat pengeluaran tenaga (efisien) pada waktu melakukan gerakan- gerakan; dan
5.        Membantu memperbaiki sikap tubuh.
Harsono (1988:163) memberikan definisi sebagai berikut "Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot, tendo dan ligament.
Istilah fleksibilitas dalam bidang keolahragaan yang merupakan penyaluran istilah dari bahasa Inggris yaitu "fleksibility", menurut beberapa referensi keolahragaan Indonesia fleksibility disama artikan dengan kelentukan. Oleh karena itu terdapat kesamaan pengertian istilah antara infleksibilitas dengan kelentukan, sehingga di dalam kajian perilaku motorik dapat dipergunakan istilah fleksibilitas untuk menyatakan kelentukan.
Pada dasarnya semua cabang olahraga membutuhkan unsur kelentukan (fleksibilitas), karena kelentukan menunjukkan kualitas yang memungkinkan suatu segmen bergerak semaksimal menurut kemungkinan gerak. Kemungkinan kualitas otot-otot itu atau sekelompok otot untuk memanjang dan memendek dalam memanfaatkan sendi-sendi secara maksimal. Kelentukan biasanya mengacu pada ruang gerak sendi atau sendi-sendi tubuh.
Lentuk tidaknya seseorang juga ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi-sendinya, kelentukan juga ditentukan oleh elastis atau lentur tidaknya otot-otot, tendo dan ligamen, jadi kelentukan adalah kemungkinan gerak pada daerah gerak persendian atau golongan persendian. Meski hal ini dipengaruhi oleh bentuk tulang yang membentuk persendian, faktor yang paling besar pengaruhnya pada kelentukan adalah kemampuan otot di sekitar persendian tersebut untuk merenggang seoptimal mungkin. Kelentukan dapat dilatih setiap hari berupa latihan-latihan peregangan. Dengan latihan tersebut meskipun hanya dalam waktu yang tidak lama, dapat membantu untuk :
a.         Mencegah cedera
b.        Memperbaiki efesiensi biomekanis
c.         Menaikkan kemampuan otot yang memanjang
d.        Memperbaiki koordinasi antara golongan otot
e.         Memperbaiki relaksasi otot
f.         Mengurangi kekuatan otot setelah bergerak
g.        Mengadakan kemungkinan terjadinya keterbatasan gerak karena membesarnya otot
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan ternyata makin lentuk seseorang atlet pada umumnya dapat memberikan penampilan yang lebih baik dalam melakukan olahraganya. Sebaliknya kelentukan yang sangat terbatas menyebabkan gerakan yang terbatas pula, dan mengakibatkan mudahnya terjadi cedera pada otot-otot, kelentukan dapat bertambah baik dengan mengurangi ketegangan otot, dengan menggunakan kekuatan yang terkontrol untuk menambah daerah gerak. Faktor yang mempengaruhi kelentukan (fleksibility). Mahendra (2001:80) mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelentukan (fleksibility) seseorang diantaranya adalah umur, panas, latihan olahraga, pemanasan (warning up), dan jenis kelamin.
Jadi perlu ditekankan bahwa apabila melakukan latihan kelentukan dengan teratur. Menurut hasil penelitian mempunyai beberapa keuntungan-keuntungan antara lain :
a.         Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera-cedera pada otot dan sendi
b.       Membantu dalam mengembangkan kecepatan koordinasi dan kelincahan
c.         Membantu berkembangnya prestasi olahraga
d.      Menghemat pengeluaran tenaga pada waktu melakukan gerakan-gerakan
e.         Membantu memperbaiki sikap tubuh
Noer, dkk (1993:52) mengemukakan bahwa kelentukan adalah kemampuan persendian dalam melaksanakan gerak yang seluas-luasnya. Sedangkan menurut Sajoto (1988:58) bahwa kelentukan adalah keefektifan seseorang dalam penyesuaian dirinya untuk melakukan segala aktifitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya terutama otot-otot ligamen. Ligamen di sekitar kelentukan sangat penting di dalam kegiatan gerak olahraga karena apabila seseorang mengalami gerak yang kurang luas pada persendiannya dapat mengganggu gerakan atau mudah menimbulkan cedera.
3.     Daya Ledak Lengan
Daya ledak merupakan komponen biomotorik. Daya ledak adalah kemampuan otot untuk menggerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat (Juliantine, dkk., 2007). Daya ledak sering disebut eksplosif atau daya otot. Menurut Sajoto (1995) daya otot (muscular power) adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Daya ledak sangat penting untuk cabang-cabang olahraga yang memerlukan eksplosif, seperti lari sprint, nomor-nomor lempar dalam atletik, atau cabang-cabang olahraga yang gerakannya didominasi oleh meloncat, dalam olahraga voli dan juga pada bulutangkis serta olahraga sejenisnya.
Otot yang kuat otot yang mempunyai daya ledak yang besar, sebaliknya otot yang mempunyai daya ledak yang besar hampir dapat dipastikan mempunyai nilai kekuatan yang besar (Boosey, 1980). Daya ledak ialah kemampuan sebuah otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh (Suharno, 1993).
Daya ledak merupakan hasil dari kekuatan maksimum dan kecepatan maksimum (Bompa,1999, Bosco, dan Gustafson, 1983). Daya ledak adalah kemampuan seseorang mengatasi tahanan dengan kecepatan yang tinggi dalam gerak yang utuh (Harre, 1982). Bosco dan Gustafson (1983) menyatakan bahwa, daya ledak adalah kemampuan melakukan gerakan secepat mungkin dengan kekuatan maksimum.
Jensen (1983) menyatakan bahwa daya ledak merupakan komponen yang penting untuk melakukan aktivitas yang berat seperti meloncat, melempar, memukul dan sebagainya. Bompa (1999), daya ledak merupakan hasil dari kekuatan dalam waktu yang singkat. Menurut Bucher (Harsono, 1988) dikatakan bahwa seorang individu yang mempunyai power adalah orang yang memiliki (a) derajat kekuatan otot yang tinggi, (b) derajat kecepatan yang tinggi, dan (c) derajat yang tinggi dalam keterampilan menggabungkan kecepatan dan kekuatan otot.
Menurut Suharno (1993), beberapa faktor yang menentukan daya ledak otot adalah: 1) banyak sedikitnya fibril otot putih dalam tubuh atlet, 2) tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP), 3) kekuatan dan kecepatan, 4) waktu rangsangan dibatasi secara konkrit lamanya, 5) Koordinasi gerakan yang harmonis.
Jenis daya ledak Bompa (1999) membagi daya ledak berdasarkan gerakan olahraga yang dilakukan yaitu:
a.       Daya ledak asiklik, biasanya dilakukan pada olahraga yang gerakannya tidak sama. Contoh olahraga atletik, lompat, lempar. Pada olahraga permainan bolavoli, sepakbola, bola basket, bulutangkis dll.
b.      Daya ledak siklik, ini biasanya digunakan pada olahraga yang gerakannya sama dan berulang-ulang. Contoh pada olahraga lari cepat, berenang, balap sepeda, dan olahraga yang memerlukan kecepatantinggi.
Nossek (1982) membagi daya ledak menjadi dua bagian berdasarkan aktivitas yang dilakukan yaitu:
a.       Kekuatan eksplosif ini diterapkan untuk mengatasi atau menanggulangi perlawanan yang lebih rendah dari pada perlawanan yang maksimum, tetapi dengan kekuatan akselarasi maksimum.
b.       Kekuatan Kecepatan, ini dilakukan melawan perlawanan dengan akselarasi di bawah maksimum.
Penggunaan tenaga oleh otot atau sekelompok otot secara eksplosif berlangsung dalam kondisi dinamis. Ini terjadi pada melemparkan benda, pemindahan tempat sebagian atau seluruh tubuh, dan sebagainya hal ini untuk gerakan tunggal atau satu pengulangan. Kekuatan maksimum dan eksplosif atau perkembangan kekuatan kecepatan hendaknya dilatih sejajar (Nossek,1982).
Faktor yang mempengaruhi daya ledak otot lengan bila dilihat lebih mendalam potensi daya ledak seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor ekternal (Berger, 1982) dalam Luh Putu Tuti Ariani (2011).
a.        Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh atlet sendiri diantaranya: jenis kelamin, berat badan, panjang anggota gerak atas, kebugaran fisik, umur, menunjukkan tingkat kematangan yang dikaitkan dengan pengalaman. Perbedaan dan penambahan umur sangat menentukan kekuatan otot, selain itu dimensi anatomis dan diameter otot (Astrand, 1986). Tenaga mencapai puncak pada umur 20 tahun (Sharkey, 2003). Adapun beberapa faktor internal yaitu:
1. Jenis Kelamin.
Secara biologis laki-laki dan wanita akan berbeda kekuatan dan kecepatan karena adanya hormone testosterone pada laki-laki dan wanita. Perbedaan terjadi sangat mencolok setelah mengalami pubertas karena adanya perbedaan proporsi dan besar otot dalam tubuh. Pada umur 18 tahun ke atas laki-laki mempunyai kekuatan dua kali lebih besar daripada wanita (Powers dan Howleys 2004).
2. Berat Badan
Berat badan menentukan penampilan. Persen lemak adalah presentasi keseluruhan berat badan yang berlemak. Berat badan seseorang menyebabkan pembesaran massa otot dan juga akan meningkatkan kekuatan. Makin tebal otot makin kuat otot tersebut. Sehingga tebal otot mempengaruhi berat badan. Kekuatan otot erat kaitannya dengan berat badan. Semakin berat badan seseorang karena otot makin tebal maka kekuatan akan bertambah. Tetapi otot kuat belum menjamin akan mempunyai daya ledak tinggi tetapi dengan memiliki otot kuat merupakan modal utama untuk dapat meraih daya ledak yang tinggi.
3. Tinggi badan
Tinggi badan adalah jarak dari alas kaki sampai titik tertinggi pada posisi kepala dalam posisi berdiri. Tinggi badan yang lebih tinggi dapat menpengaruhi pertumbuhan organ tubuh lainnya yaitu panjang lengan dan panjang tungkai (Hadi, 2005) dalam Luh Putu Tuti Ariani (2011).
4. Kesegaran jasmani
Kesegaran jasmani seseorang, merupakan salah satu parameter dalam memeberikan pembebanan pelatihan, karena tingkat kesegaran jasmani yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan sehingga tidak dapat melakukan pelatihan secara maksimal. Semakin baik kapasitas aerobik sesorang akan makin baik pula kebugaran fisiknya (Soekarman, 1986). Kebugaran fisik dapat diukur melalui lari 2,4 km diukur menggunakan stopwatch, yang dinyatakan dalam waktu tempuh, satuan menit dengan ketelitian 0,01 menit. Penilaian kebugaran fisik berdasarkan umur dan jenis kelamin dalam tabel (Sajoto, 2002).
b.        Faktor Eksternal
1.        Suhu lingkungan
Suhu lingkungan yang panas akan berpengaruh terhadap aktivitas kerja otot karena akan mempercepat terjadinya pengeluaran keringat. Sebagaian dari volume darah akan dibawa kekulit untuk mengkompessasi kelebihan panas. Hal ini berarti bahwa telah terjadi kekurangan kerja otot didalam melakukan pelatihan. Begitu juga sebaliknya, pada suhu lingkungan yang dingin tubuh akan bereaksi untuk mengimbangi kosentrasi panas tubuh dengan reaksi menggigil, gerakan mengigil memerlukan energi tambahan (Manuaba, 1983).
2.        Kelembaban relatif
Kelembaban relatif menentukan proses pelatihan karena perbandingan udara basah dan kering sangat menentukan kenyamana dalm pelatihan. Apabila kelembaban udara cukup tinggi atau diatas 90%, maka akan sangat mempengaruhi kesanggupan pengeluaran panas tubuh akibat aktivitas pelatihan melalui evaporasi. Apabila kelembaban udara dibawah 80%,maka akan mempengaruhi keseimbangan panas tubuh,metabolism meningkat akibat aktivitas tubuh untuk mengimbangi suhu dingin sehingga tubuh mengeluarkan energi yang lebih besar untuk menyesuaikan suhu tubuh dan suhu lingkungan. Kelembaban relatif Indonesia berkisar antara 70-80% (Manuaba, 1983).
I.         Metode Penelitian
1.        Populasi dan Sampel
a.        Populasi
Populasi adalah keseluruhan individu yang menjadi objek penelitian. Menurut Mardalis (1989: 53) bahwa: Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel, pada kenyataannya populasi itu adalah sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Kasus-kasus tersebut dapat berupa orang,  barang, hewan, hal atau peristiwa. Sekiranya populasi terlalu banyak jumlahnya, maka biasanya diadakan sampling untuk menentukan apakah sampel itu dapat mewakili populasi, diperlukan perhitungan statistik agar dapat memberi petunjuk mengenai penyimpangan sampel dari populasi sekaligus dapat memberi kepastian mengenai tingkat kepercayaan yang selanjutnya dipergunakan untuk menilai data yang terdapat dari sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa yang berada di club bola voli SMA Negeri 1 Torue. Adapun jumlah populasinya sebanyak 18 orang.
b.        Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 130). Selanjutnya Arikunto (2006: 131) menyatakan bahwa untuk sekedar ancar-ancar apabila subyek kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya berupa penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya besar atau lebih dari 100, dapat diambil 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih.Tergantung setidak-tidaknya dari (a) kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana, (b) sempit luasnya pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data, (c) besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar tentu saja jika sampelnya besar, hasilnya akan lebih baik. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling atau secara acak ini peneliti mengadakan undian atau lotere dengan menuliskan nomor urut siswa setelah nomor tertulis kemudian diundi yang menjadi sampel untuk mewakili populasi.
Mengacu pada pendapat diatas, dan selanjutnya mengingat jumlah populasi yang kurang dari 100 orang, maka peneliti mengambil sampel sebanyak 18 orang dengan teknik total sampling atau keseluruhan dari jumlah populasi.
2.        Rancangan Penelitian
Desain penelitian atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Secara sederhana rancangan penelitian digambarkan sebagai berikut :
                     Gambar 1.  Rancangan Penelitian
                         Sumber : Nirwana (1994: 6)
Keterangan :
X1 = Kelentukan togok belakang
X2  = Daya ledak lengan
Y  = Jumping service
3.        Instrumen Penelitian
Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Standing trunk fleksiometer, bola basket atau medicine bool, bola voli, tali rafia, formulis tes dan alat tulis.
4.        Teknik Pengambilan Data
a.       Tes Kelentukan Togok
1)        Tujuan                                   : Untuk mengukur kelentukan togok
2)        Alat dan Perlengkapan          : Standing trunk fleksiometer (kotak pengukur kelentukan), formulir tes dan alat tulis.
             Pelaksanaan tes            : 
                        i.          Siswa berdiri diatas alat standing trunk fleksiometer dengan kedua kaki rapat,        ujung jari kaki tidak melewati tepi kotak. Kedua ibu jari tangan saling berkaitan satu sama lain sedangkan kedua lutut harus lurus.
                ii.          Selanjutnya togok dibungkukkan pelan-pelan kebawah dan kedua tangan berusaha mencapai skala serendah mungkin. Sikap ini dipertahankan selama 3 detik.
                                iii.          Siswa diberikan kesempatan melakukan test sebanyak 3 kali berturut-turut.
                          iv.          Penilaian:  Hasil yang dicatat adalah angka skala yang dicapai oleh ujung jari siswa pada saat pengukuran, dan  yang diambil adalah hasil yang terbaik dari 3 kali melakukan tes.
b.      Tes Daya Ledak Lengan.
1)      Tujuan    : Untuk mengukur daya ledak atau power lengan.
2)      Alat        : Meteran, bola basket atau medicine bool, lantai datar, formulir tes dan alat tulis.
3)      Pelaksanaan tes  :
          i.           Testee dalam posisi duduk, bersandar pada kursi dengan punggung rapat pada sandaran kursi. Sebagai pengaman agar pundak tidak terdorong ke depan dada dapat diikat pada kursi.
        ii.              Dengan memegang bola di depan dada, siku sejajar dengan pundak dan siap untuk menolak bola ke depan.
            iii.          Selanjutnya dengan aba-aba “Ya” testee melakukan gerakan tolakan bola ke depan sejauh mungkin.
                iv.          Jauh lemparan bola yang benar menjadi nilai kemampuan daya ledak lengan.
4)      Penilaian            : Testee diberikan kesempatan melakukan 2 kali pengulangan. Nilai terjauh dari hasil lemparan yang diambil mengawali nilai testee.
c.       Jumping Service
Instrument yang digunakan untuk mengukur kemampuan service dalam permainan bolavoli yakni untuk tes jumping service adalah instrument test service permainan bola voli putra laveage (sutanto rihartin, 2007: 40).
Adapun langkah-langkah pelaksanaan test jumping service adalah sebagai berikut:
        i.            Setiap anak dipanggil satu-persatu sesuai dengan daftar nama yang tersedia,
      ii.            Testee (orang yang dites) melakukan jump service sebanyak 10 kali,
    iii.            Kesalahan dalam melakukan service sesuai dengan peraturan nilainya 0,
    iv.            Nilai akhir dari teste adalah jumlah nilai yang diperoleh 10 kalipelaksanaan service, dan
      v.            Apabila bola mengenai garis, maka yang dihitung adalah nilai yangterbesar.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar daerah sasaran test service dari laveage:

Gambar.  7.  Daerah sasaran service dari laveage
Keterangan :
-          x : daerah service
-          4 , 0. 3. 5. 2. 10 : point service
-          A , B , C , D , E , F : kotak sasaran service
1.    Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: Bola voli putra, lapangan bola voli, meteren, net, kapur putih, dan alat-alat tulis.
2.    Pelaksanaan tes adalah
-          Service dilakukan dibelakang garis belakang lapangan.
-          Jumping service dilakukan 10 kali kesempatan secara berturut-turut
3.    Penilain : hasil tes dari 10 kali melakukan jumping service dijumlahkan Sebagai hasil akhir tes jumping service ini sebagai data penelitian.
5.     Analisis Data
Analisis data adalah cara atau langkah-langkah yang dipergunakan untuk menganalisa data atau mengolah hasil penelitian. Analisa data ini mempunyai peranan penting sekali di dalam mengadakan suatu penelitian untuk mengolah data yang diperoleh dengan disesuaikan atau keadaan dan hipotesa yang telah disajikan. Mengingat jenis data dalam penelitian tersebut adalah berbeda, dan sifat penelitiannya korelasi, maka analisis data yang digunakan dengan cara mengkorelasikan hasil tes dari variabel yang berupa kelentukan togok belakang, daya ledak lengan dan variabel jumping service pada club bola voli SMA Negeri 1 Torue.

    DAFTAR PUSTAKA

Agus Margono, 1995 , Permainan Besar Bola Voli, Jakarta : Depdikbud, Balai Pustaka.
Arikunto Suharsini, 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
A.Sarumpet ,dkk .1992.Permainan Besar .Padang : depdikbud
Astrand, P.D.,Rodahl, K, 1986. Texbook of Work Physiological Basic of Exercise. New York: Mc.Graw Hill Brooks Company.
Beutelstahl, Dieter, 1986, Belajar Bermain Bola Volley, Bandung, Pioneer.
Boosey, D. 1980. The Jump Conditioning and Technical Trainning. Beatrice Avenal: Beatrice Publising Ltd.
Bompa, T. O. 1999. Periodization: Theory and Methodology of Training, 4th Edition. Kendall/Hunt: Publishing Company.
Harsono, 1988. Coaching dan aspek-aspek psikologi dalam coaching. Jakarta Dirjen.
Harre, D. 1982. Principle of Sport Training. Berlin: Sportverlag.
Juliantine, T., Yudiana, W., Subarjah, H .2007. Teori Latihan. Bandung. Fakultas
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. UPI.
Jensen, C. R., Fisher. 1983. Scientific Basis.
Luh Putu Tuti Ariani. 2011. Pengaruh latihan menarik katrol dengan beban 5 kg. Universitas Negeri Singaraja
Mahendra, Agus. 2001. Pembelajaran Senam di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
M. Maryanto dkk, 1995, Teknik Dasar Permainan Bola Voli, Jakarta : Depdikbud
Mardalis, 1989. Metode penelitian (Suatu pendekatan proposal). PT Bina Aksara, jakarta.
Manuaba, I. B. A. 1983. Aspek Ergonomi dalam Perencanaan Komplek Olahraga dan Rekreasi. Naskah lengkap Panel Diskusi Rencana Induk Gelora Jakarta: 21 September 1983
Nuril Ahmadi. 2007.Panduan Olahraga Bola voli.Surakarta : Era PustakaUmumSuharsimi
Nirwana, S.T.S. 1994. Analisis regresi dan korelasi. Bandung:FMIPA Universitas Padjajaran.
Noer, dkk, 1993. Kepelatihan Dasar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Nossek, J. 1982. General Teori Of Training, (Terjemahan M. Furqon H). Surakarta: Sebelas Maret University Perss.
Powers, S. K., Howley, E. T. 2004. Exercise Pysiology, Theory and Application to fitness and Performance. 5th Edition. New York: Mc. Graw Hill Companies. Inc.
Riduwan, 2003. Dasar-dasar Atletik. Bandung : Alfabeta.
Sajoto, M. 1988. Pembinaan kondisi fisik dalam bidang olahraga. Jakarta Depdikbud, Dirjen Dekti.
Sharkey, B. J. 2003. Kebugaran & Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suharno, HP. 1993. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung. PT. Karya Ilmu.
Soekarman. 1986. Energi dan Sistem energi Predominan Pada Olahraga. Pusat Ilmu Olahraga: Jakarta. Koni Pusat.
Teknik dasar bola voli putra .http://brammultiply.com.journal.
Usman, H. B,dkk. 2005. Pedoman Penyusunan dan Penilaian Karya Ilmiah Edisi Kedua. Palu: FKIP Universitas Tadulako
William & Michael, 1984. Life the fitness and wellness second edition. Dubuque-woc. C Brown publishers.
Yunus, M., 1992, Olahraga Pilihan Bola Voli, Jakarta, Depdikbud, Dirjen Dikti.



5 komentar:

  1. bahas masalah tentang perkembangan olahraga saat ini dong bang...?

    BalasHapus
  2. boleh nih bro minta soft copy nya,,,sama banget sama judul skripsi ane,,,
    :)

    BalasHapus
  3. ga ada nama penelitinya siapa? dan tahun berapa? info nya kurang lengkap?

    BalasHapus