Halaman

SLIDE

Selasa, 27 November 2012

DINAMIKA TIM DAN GRUP

 

                                                                             BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
     Manusia diciptakan Tuhan sebagai mahkluk individu sekaligus sebagai mahkluk sosial. Sebagai mahkluk individu manusia bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Terutama saat berhubungan dengan kepentingan pribadinya sendiri, seperti saat beribadah kepada pencipta-Nya. Sedangkan manusia sebagai mahkluk sosial berarti bahwa sebagai manusia tidak dapat hidup tanpa kehadiran ataupun bantuan dari manusia yang lainnya. Manusia mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup dirinya. Sedangkan manusia tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri. Manusia memerlukan bantuan manusia lain untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk itu manusia perlu berinteraksi atau berhubungan dengan manusia lainnya untuk bekerja sama saling memenuhi kebutuhan hidupnya.
Begitu pula dalam olahraga. Baik atlet, pelatih, official, maupun orang yang terlibat dalam olahraga semuanya saling berinteraksi, berhubungan, berkomunikasi dan bekerja sama karena dalam olahraga semua saling berhubungan dan membutuhkan serta saling mempengaruhi, meskipun olahraga yang dilakukan bersifat olahraga individu. Kekompakan, kerja sama setiap orang yang berkecimpung dalam dunia olahraga sangat penting. Bakat seorang pemain dapat memenangkan sebuah pertandingan, tetapi kerjasama sebuah tim akan dapat memenangkan sebuah kejuaraan (Jordan, 1994). Dari pendapat tadi menyebutkan bahwa kerjasama sangat penting dalam sebuah tim olahraga untuk mencapai prestasi puncak. Kemampuan yang tinggi yang dimiliki oleh setiap individu dalam sebuah tim tidak cukup untuk memenangkan setiap kejuaraan. Perlu adanya kekompakan, kerjasama dan kerja keras setiap anggota untuk memenangkan sebuah kejuaraan.
Prestasi puncak sebuah tim perlu di dukung oleh kebersamaan para anggota tim sendiri. Dibutuhkan kerja keras bersama seluruh anggota sebuah tim untuk dapat mencapai prestasi puncak yang dapat diraih oleh tim sendiri. Meskipun untuk membuat sebuah kekompakan, kebersamaan, kerjasama, komitmen bersama yang baik dalam sebuah tim tidaklah mudah. Karena setiap anggota tim memiliki kemampuan, perilaku, sifat, karakter, tugas, kewajiban, kebutuhan, harapan, kepentingan, bahkan masalah yang berbeda-beda. Semuanya membutuhkan saling pengertian dan pengorbanan dari anggota tim. Semakin banyak anggota tim akan semakin kompleks pula untuk membangun kerja sama dan kebersamaan dalam tim. Semakin banyak anggota tim, komunikasi, interaksi dalam tim akan semakin kompleks pula. Intensitas dinamika tim sendiri akan semakin besar.
Kekompakan menjadi hal pokok bagi tim untuk mencapai prestasi maksimal. Kekompakan sendiri secara umum dapat didefinisikan sebagai tingkatan dimana anggota suatu kelompok atau tim merasa saling terikat pada kelompoknya. Kekompakan akan meningkat jika anggota tim terbatas dan muncul setelah melewati persyaratan tertentu (Middlebrook, 1974). Agar dapat terciptanya kekompakan, kerjasama yang baik, kebersamaan, diperlukan pengertian, komitmen untuk mau berkorban oleh setiap anggota tim, agar dapat mencapai prestasi yang terbaik. Dalam makalah ini akan di bahas dinamika sebuah tim, bagaimana tim itu dapat terbentuk, bagaimana menciptakan iklim yang baik di dalam tim, serta cara untuk memaksimalkan kemampuan individu di dalam tim olahraga itu sendiri.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinamika Sebuah Tim dan Grup
Di dalam sebuah tim dan grup atau dalam olahraga beregu, terdapat interaksi antara anggota tim yang satu dengan yang lainnya. Setiap anggota tim mempunyai kemampuan, sifat perilaku, keinginan, masalah dan tugas yang berbeda beda. Interaksi ini menimbulkan terjadinya sebuah dinamika tim dan grup sendiri. Sering dalam tim terjadi perbedaan pendapat, perselisihan bahkan pertengkaran antar anggota. Tentunya hal ini dapat memberi pengaruh negatif terhadap tim yang dapat mempengaruhi prestasi tim sendiri. Oleh karena itu diperlukan kebersamaan, saling pengertian dan kerjasama dalam tim agar terjadi iklim positif di dalam tubuh tim yang dapat menunjang prestasi.
Dinamika tim dan grup sendiri akan menjadi lebih sulit dan komplek dengan anggota tim yang semakin banyak. Dinamika tim sendiri berarti adanya sebuah tingkah laku salah satu anggota sebuah tim yang dapat secara langsung mempengaruhi anggota yang lain secara timbal balik. Di dalam dinamika tim terdapat interaksi, interpedensi serta hubungan langsung antara anggota yang satu dengan yang lain yang akan saling mempengaruhi.
Dinamika dalam tim dan grup sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah:
1. Kohesivitas.
Tingkat kohesivitas suatu tim dan grup dapat dilihat langsung dari perilaku para anggotanya. Dalam proses pembentukan tim tampak intensitas keterlibatan atlet dalam kegiatan tim, arahan pilihan atlet, nilai-nilai atau tradisi yang dianut oleh tim dan sebagainya. Suatu tim olahraga yang dinamis biasanya hidup dan menunjukkan vitalitas, interaksi, dan aktivitasnya. Vitalitas suatu tim biasanya direfleksikan dalam banyak cara, kadang positif kadang negatif. Demikian juga komitmen untuk mencapai tujuan tim baik jangka panjang maupun jangka pendek terjadi berbagai variasi, kadang kuat kadang lemah.
2. Motivasi anggotanya
Motivasi merupakan salah satu kunci agar atlet atau tim olahraga dapat berprestasi maksimal. Sedangkan kekompakan dapat menjadi salah satu pendorong motivasi menjadi lebih besar. Motivasi juga menyangkut masalah ketertarikan atlet sebagai tim dan grup terhadap kehidupan tim dan grup sendiri, seperti dorongan menyatu dalam tim dan grup, semangat untuk mencapai tujuan bersama, orientasi terhadap tim, dorongan untuk memenuhi kebutuhan dalam tim, dan kerjasama dalam tim.
3. Struktur tim dan grup
Struktur tim dan grup terlihat pada bentuk-bentuk pengelompokan, bentuk dan pola hubungan sosial yang terjadi dalam tim khusus untuk memahami pola hubungan sosial, perbedaaan kedudukan antar anggota tim, pembagian tugas dan kewajiban, pekerjaan, wewenang dalam tim dan sebagainya.
4. Kepemimpinan dalam tim dan grup
Kepemimpinan dalam tim tercermin dalam gaya-gaya kepemimpinan yang dianut atau dipraktekkan dalam tim, filosofis pemimpin, pengambilan keputusan, pembagian tugas, dan wewenang dalam tim. Kepemimpinan dalam tim sebagian besar atau seringkali dipegang oleh seorang pelatih atau manjer dan kapten tim sendiri. Gaya kepemimpinan berpengaruh dalam dinamika tim karena dapat menimbulkan reaksi yang beraneka ragam dalam tubuh tim atau setiap anggotanya.
5. Perkembangan dalam tim dan grup
Perkembangan tim dapat menentukan kehidupan dan dinamika tim selanjutnya, hal ini terlihat dari perubahan yang terjadi dalam tim. Misalnya adalah senang tidaknya para pemain setelah bergabung di dalam tim, perasaan betah dan kerasan dalam sebuah tim, perpecahan yang terjadi dalam tim yang dapat meyebabkan bubarnya keutuhan sebuah tim.

B. Mengenal Perbedaan Antara Tim dan Grup
        Sering kali kita mendengar istilah tim dan grup dalam cabang olahraga. Sebagian orang tidak terlalau memperhatikannya dan banyak yang menganggapnya sama. Pada kenyataannya, tim dan grup mempunyai arti dan makna yang berbeda. Meskipun sangat sulit untuk membedakannya. Katzenbach dan Smith mendefinisikan team sebagai “Sekelompok kecil orang dengan keterampilan yang saling melengkapi yang berkomitmen untuk maksud dan tujuan bersama (common purpose), menghasilkan tujuan-tujuan, dan pendekatan bersama dimana mereka mengikatkan diri dalam kebersamaan tanggung jawab (mutually accountable)”. Setiap tim adalah sebuah grup, sedangkan setiap grup belum tentu menjadi sebuah tim. Tim sendiri dapat berarti sekelompok orang dimana mereka saling berinteraksi yang satu dengan yang lainnya untuk melengkapi secara objektif (Carron & Hauseenblas, 1998). Untuk dapat menjadi sebuah tim membutuhkan sebuah proses evolusi. Tim selalu berkembang, berubah untuk menyesuaikan sebagai bentuk respon faktor internal maupun eksternal.
Sebuah tim olahraga merupakan tipe spesial atau tertentu dari grup. 
Tim memiliki empat karakter kunci yaitu :
1. Perasaaan kolektif sebagai identitas.
2. Memiliki Peran yang jelas. Setiap anggota tim tahu apa tugas yang menjadi kewajibannya dan yang harus dilakukan.
3. Model komunikasi yang terstruktur. Setiap tim memiliki jalur-jalur komunikasi bagi setiap anggotanya.
4. Setiap tim memiliki norma tim. Aturan sosial memberikan panduan bagi anggota tim untuk mengetahui mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Sedangkan kelompok sendiri berarti kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara bersamaan yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Aronson, Wilson, & Akert, 2002). Hubungan dalam grup bersifat dinamis karena grup selalu berubah-ubah menuju ke arah kemajuan. Perubahan yang tejadi dalam grup mempengaruhi tingkah laku dan berakibat terjadinya perubahan dalam grup itu sendiri. Esensi sebuah grup bukan karena adanya kesamaan atau ketidaksamaan diantara anggotanya, tetapi karena adanya hubungan interdepedensi diantara anggota grup sendiri. Grup ditandai dengan adanya saling interaksi antara dua orang atau lebih yang memiliki tujuan yang sama, hubungan yang stabil, hubungan interdepedensi satu sama lain, dan orang-orang tersebut menyadari bahwa mereka merupakan bagian dari grup itu sendiri (Kurt Lewin, 1951).
Terdapat sejumlah faktor yang secara gamblang dapat membedakan tim dengan kelompok atau grup dalam perspektif atau pa ndangan yang berbeda, diantaranya adalah:
1.                      1.       Tugas dan Tanggung Jawab.
           Di dalam grup, individu menetapkan dan menempatkan perilaku tertentu di dalam tubuh grup yang     disebut tugas. Tugas seseorang akan menentukan bentuk hubungannya dengan orang lain. Tugas, di dalam grup, sering menjadi sumber kebingungan dan terjadinya konflik. Dilain pihak, tim membangun pemahaman bersama bagaimana para anggota mewujudkan tugas mereka seperti pelatih, asisten pelatih, pelatih fisik, pelatih kiper, kapten tim dan sebagainya, dalam menyelesaikan secara bersama sebuah tugas ataupun kejuaraan.
2. Identitas.
Tim memiliki identitas yang kuat, sedangkan grup tidak. Tim mermerlukan identitas karena hampir tidak mungkin membangun rasa keterikatan, yang merupakan karakter sebuah tim, tanpa hal yang mendasar ini. Tim memiliki pemahaman yang jelas tentang apa yang membuat tim ‘berjalan’ dan mengapa itu penting. Di dalam tim tergambar jelas apa yang ingin dicapai oleh tim, dan norma atau nilai- nilai apa yang menjadi panduan geraknya. Di dalam grup semua itu telah diatur dalam sistem dan prosedur baku.
3. Kohesi.
Tim memiliki esprit yang menunjukkan rasa keterikatan dan kekerabatan. Esprit adalah semangat, jiwa, dan hati dari sebuah tim. Di dalam tim terdapat kesadaran yang tinggi dari para anggotanya untuk mengidentifikasi diri mereka dengan tim dan merasa menjadi bagian dari tim. Individu akan memulai dengan kata “kita” bukan “saya” dalam setiap tugas dan kewajibannya atau saat bertanding. Di dalam grup, ‘saya’ dijadikan hal yang penting untuk menunjukkan eksistensi maupun unjuk kerja pribadi atau prestasi sesuai tugas dan kewajiban yang menjadi dasar pengukuran prestasi yang bersangkutan.
4. Fleksibilitas.
Grup biasanya bersifat kaku dalam tugas dan pekerjaannya. Segalanya telah diatur dalam sistem dan prosedur baku. Sebaliknya tim menjaga agar selalu memiliki fleksibilitas dan adaptabilitas yang tinggi untuk mengerjakan berbagai tugas dan fungsi yang berbeda sesuai situasi dan kebutuhan. Tanggung jawab atas perkembangan tim dibagi bersama. Kekuatan setiap anggota tim diketahui dan dipergunakan sebaik-baiknya.
C. Mengidentifikasi Tiga Teori Pembentukan Grup
        Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa setiap tim adalah sebuah grup, sedangkan setiap grup belum tentu menjadi sebuah tim. Tim sendiri adalah sekelompok orang dimana mereka saling berinteraksi yang satu dengan yang lainnya untuk melengkapi secara objektif (Carron & Hauseenblas, 1998). Untuk dapat menjadi sebuah tim membutuhkan sebuah proses evolusi. Tim selalu berkembang, berubah untuk menyesuaikan sebagai bentuk respon faktor internal maupun eksternal. Di dalam usaha penelitian pengembangan sebuah tim, manusia memiliki berbagai teori. Menurut Weinberg terdapat tiga teori dalam pembentukan atau pembangunan sebuah tim , yaitu:
1. Perspektif Linear
Di dalam teori perspektif linear ini di asumsikan bahwa grup bergerak menyambung dalam tahapan yang berbeda. Menurut Bruce Tuckman (1965) Perspektif linear ini dibagi dalam empat tahap, yaitu:
a). Tahap pertama adalah Forming
Pada tahap pertama ini setiap anggota tim belajar untuk membiasakan diri dengan anggota tim lainnya.
b). Tahap kedua adalah Storming
Pada tahap ini yang dilakukan adalah memberikan karakter tim melalui daya tahan seorang pemimpin, daya tahan dalam mengontrol grup, dan konflik antar anggota.
c). Tahap ketiga adalah Norming
Pada tahap ketiga ini adalah pergantian atau digantikannya permusuhan dengan solidaritas antar anggota tim dan saling bekerja sama. Setiap konflik harus diselesaikan atau dapat dipecahkan, dan perasaan bersatu mulai terbangun.
d). Tahap keempat adalah Performing
Di dalam tahap terkhir ini setiap anggota tim bersama-sama menyumbangkan energinya demi kesuksesan tim. Focus tim adalah memecahkan masalah menggunakan proses grup dan hubungan untuk bekerja dan mengetes ide baru. Persoalan terstruktur terselesaikan, hubungan antar personal menjadi stabil, dan setiap peran dapat dilakukan dengan jelas.
2. Siklis Perspektif/Siklus Hidup
Model siklus hidup ini berasumsi bahwa pembentukan sebuah grup mirip dengan siklus hidup seorang manusia. Manusia dilahirkan, tumbuh dan berkembang, serta meninggal. Model ini hanya relevan dengan grup dalam aktivitas jasmani yang bersifat sementara atau latihan.
3. Perspektif Pendular
Dalam model perspektif pendular ini berlawanan dengan model perspektif linear. Dalam model perspektif pendular ini beranggapan bahwa grup tidak bergerak dan berkembang melalui tahapan-tahapan agar semakin menjadi sempurna tetapi melalui pembentukan yang instan, Sebagai contohnya adalah persiapan latihan tim basket Universitas Indiana dalam menghadapi musim pertandingan.
Tahapan yang dilakukan adalah:
a). Tahap pertama adalah Orientasi
Kohesi dan perasaan bersatu tinggi, para atlet mengungkapkan memberikan berbagai pikiran perasaan, kecemasan dan aspirasi.
b). Tahap kedua adalah Perbedaan dan konflik
Fisik dan psikologi tim dibagi kedalam unit yang lebih kecil. Konflik kerap kali timbul saat atlet bertanding memperebutkan posisi dalam tim
c). Tahap ketiga adalah Kesepakatan dan kohesi
Kohesi bertambah saat anggota grup memberikan pikiran perhatian dan perbaikan perasaan untuk bertukar pikiran.
d). Tahap kelima adalah Perbedaan dan konflik
Persatuan dalam tim melemah saat berbagai individu diberikan hadiah atau hukuman, cara mengeluarkannya dari tim.
e). Tahap kelima adalah Penghentian
Jika dalam musim pertandingan mengalami kesuksessan. Perasaan kohesi akan tinggi, jika dalam musim pertandingan mengalami kegagalan perasaan kohesi akan menjadi rendah.
D. Struktur Grup
Setiap tim dan grup tentu memiliki sebuah struktur atau susuna tertentu yang disesuaikan dengan tugas dan kewajibannya atau sesuai dengan posisinya. Agar Sebuah grup individu dapat menjadi sebuah tim yang efektif penting untuk membentuk struktur yang memiliki karakter. Dua hal yang paling penting adalah:
1. Peran Kelompok
Sebuah peran diberikan kepada anggota tim disesuaikan dengan posisinya di dalam grup. Sebagai contoh, seorang guru, orang tua, pelatih atletik, eksekutif perusahaan, dan tena kesehatan profesional memiliki peran yang spesifik yang sesuai dengan keahliannya dan masyarakatnya. Seperti seorang pelatih yang bertugas untuk melatih, membuat program latihan, dan berhubungan dengan ofisial sekolah dan menjadi contoh yang baik.
a). Peran formal melawan informal
Sebuah tim Seperti grup yang lainnya memiliki peran formal dan informal. Peran formal memerintah structur dari organisasi secara alami. Direktur teknik, pelatih, kapten tim, pemimpin latihan, adalah contoh spesifik pelaku peran formal di dalam olahraga atau latihan. Point Guard di basket, Set upper dalam bola voli, kiper di hoki, dan posisi formal lainnya memiliki peran spesifik di dalam tim.
Peran informal berfungsi untuk menyusun interaksi diantara anggota grup. Fungsi lain dari peran informal tim adalah sebagai mediator, mediator antara pemain dengan rekan setimnya atau pemaindengan pelatihnya. Sebagai contoh, pemain terbaik selalu menjadi starter atau pemain inti, sedangkan pemain yang bertugas untuk menjaga keharmonisan tim adalah pemain senior atau pemain lainnya. Dua tipe peran di dalam tim akan selalu ada di dalam sebuah grup atau sebuah tim. Peran formal berjalan dalam struktur organisasi, peran informal berfungsi di dalam dinamika grup dan tim.
b). Kejelasan Peran
Di dalam sebuah tim dan grup, semua anggota memiliki peran yang harus dijankan dengan maksimal. Semua anggota juga harus mengetahui, paham, dan mau menerima apa saja yang menjadi perannya. Kejelasan peran dalam tim yang mampu dipahami, diterima dan dijalankan oleh semua anggota dengan baik danmaksimal dapat menunjang prestasi tim dan grup. Sebagai contoh adalah tim bola basket Chicago Bulls yang mampu melakukan threepeat sebanyak dua kali selama tahun 90-an. Di Chicago Bulls, Micheal Jordan dan Scottie Pippen bertugas menjadi pemimpin dan menjadi pemain kunci, sedangkan sebagai pelatih adlah Phill jackson yang mimiliki kemampuan untuk membuat pemain lainnya percaya dan mengerti perannya masing-masing (Dennis Rodman sebagai rebounder, Ron Harper sebagai Penjaga, Steve Kerr sebagai shooter).
c). Penerimaan Peran
Penerimaan peran juaga menjadi hal yang penting di dalam sebuah tim. Pemain yang tidak dapat menerima dan menjalankan perannya di dalam tim tidak akan bisa memberikan kontribusi yang maksimal. Pelatih dapat membantu pemain untuk mau menerima perannya di dalam tim dengan meminimalkan perbedaan status peran dan menegaskan keberhasilan yang didapat tim ditentukan atau berkat kontribusi setiap pemain.
d). Konflik peran
Konflik peran ada jika kehadiran persetujuan di dalam tujuan yang diinginan atau hasil tidak cukup memiliki kemampuan, motivasi, waktu atau pemahaman untuk mencapai tujuan.
2. Norma Kelompok
Norma adalah level penampilan, pola perilaku, atau keyakinan. Individu selalu menerima tekanan untuk dapat menerima norma grupnya. Sebagai contoh adalah seorang pendatang baru akan selalu menjadi pembawa tas bagi para seniornya. Di dalam tim olahraga norma mungkin meliputi latihan perilaku, pakaian, potongan ramburt, interaksi antara pemain pendatang baru dengan pemain veteran atau siapa yang memegang cntrol saat situasi kritis.
a). Norma untuk produktifitas
Norma produktifitas dapat digunakan sekaligus di dalam kebugaran dan pengaturan olahraga. Sebagai contoh seorang programmer kebugaran memberikan latihan selama 30 menit untuk anggota yang baru, dalam olahraga seorang kapten atau pemain yang dalam performa terbaik berperan sebagai model dalam norma produktifitas. Contoh lainnya adalah latihan seorang juara akan dicontoh oleh atlet lain dengan tujuan agar dapat mencapai prestasi yang sama baik oleh rekan ataupun lawannya.
b) Norma positif
Karena norma memiliki efek yang kuat dalam perilaku, penting sekali bagi pelatih, guru, pemimpin latihan untuk menyusun standar norma positif grup. Metode yang bagus untuk membuat norma positif dalam tim adalah dengan memposisikan pemimpin sebagai sebuah contoh.
c). Modifikasi norma tim.
Norma sebuah tim harus dirubah atau dimodifikasi saat ada dua pendapat yang berbeda yang dipertimbangkan yaitu sumber komunikasi yang digunakan untuk merubah norma dan komunikasi yang alami.
E. Membangun Iklim Tim yang Efektif
Iklim atau suasana di dalam tim dibentuk dari bagaimana pemain saling berinteraksi dengan pemain yang lain di dalam tim itu sendiri. Pelatih tentunya memiliki persepsi mereka sendiri di dalam tim, Persepsi pemain dan evaluasi penyusun iklim tim. Pelatih memegang peranan kunci dalam menciptakan iklim atau suasana didalam tim yang positif. Beberapa faktor dalam iklim tim dapat berubah dengan mudah dari pada yang lain, tetapi dapat mempengaruhi keefektifan fungsi sebuah grup (Zander, 19982). Beberapa faktor yang mempengaruhi iklim di dalam tim adalah:
1). Dukungan yang baik
Dukungan baik sendiri sama dengan pertukaran diantara sumber saat dua individu merasakan melalui pemberi atau penerima, yang akan menjadikan atau untuk mempertinggi kesejahteraan dari penerima dukungan. Sebagai contoh, Mike Krzyewski pelatih bola basket Universitas Duke amerika berpendapat dukungan yang baik dapat meningkatkan kohesivitas dan menciptakan iklim tim yang positiv, hal pertama yang dilakukannya saata akan memulai musim kejuaran adalah memastikan setiap pemain berada dalam kondisi yang baik kedalam konsep tim dan saling mendukung satu dengan yang lainnya.
2). Kedekatan
Manusia akan memiliki ikatan jika mereka saling berdekatan satu dengan yang lainnya. Pendekatan fisik sendiri tidak selalu digunakan dalam pembentukan konsep sebuah tim. Kedekatan antar anggota tim sangat penting di dalam membangun kekompakan dan iklim atau suasana positiv di dalam tim. Setiap pelatih melakukan berbagai cara agar setiap pemainnya memiliki kedekatan dengan pemain yang lainnya sebagai sesama anggota tim.
3). Kekhususan
Saat sebuah grup merasa berbeda, perasaan bersatu dan keutuhan bertambah. Maksudnya adalah saat sebuah tim merasa berbeda dengan tim lainnya seperti warna seragam, motto tradisi dan lainnya pemain akan merasa bahwa meraka berbeda dengan tim lainnya tetapi sama dengan rekan se-tim, hal ini dapat membantu pelatih dalam mengembangkan konsep tim.
4). Kejujuran
Komponen penting dalam membangun iklim atau suasana yang positif di dalam tubuh tim adalah adanya saling kepercayaan atau saling percaya diantara anggota tim itu sendiri. Kejujuran akan meningkat kepercayaan di dalam tim kepercayaan antara pemain dengan rekannya, pemain dengan pelatih akan meningkatkan Komitmen, motivasi dan kepuasan hati setiap anggota tim.
F. Memaksimalkan Kemampuan Individu Dalam Olahraga Beregu
Performa atau penampilan setiap inidividu di dalam tim akan mempengaruhi performa tim itu sendiri. Seorang pelatih harus menanamkan pemahaman kepada setiap pemainnya agar mereka untuk bermain bersama sebagai tim yang utuh, atau menjaga kekompakan sebuah tim. Kebanyakan pelatih dan psikolog olahraga berpendapat bahwa grup individu yang terbaik tidak selalu membuat tim yang terbaik. Jose Mourinho saat melatih Inter Milan mengatakan bahwa tidak ada bintang di dalam timnya, tetapi tim itu sendirilah yang menjadi bintang. Sebagai contoh lainnya adalah saat Universitas Kentuky dan Universitas Utah kehilangan bintangnya karena telah mengikuti Draft NBA, tim tersebut tetap mampu berprestasi dalam Final Four NCAA. Hal tersebut mengartikan bahwa kekompakan merupakan hal yang lebih penting untuk mencapai prestasi dari bada satu atau dua pemain bintang yang menonjol. Oleh karena itu seorang pelatih harus dapat emamksimalkan penampilan setiap pemainnya di dalam tim dan membuat pemain tersebut sadar bahwa mereka bermain untuk tim, tidak bermain untuk diri sendiri. Performa pemain menentukan performa tim, apabila seorang pemain melakukan kesalahan dalam suatu pertandingan, hal tersebut dapat berakibat fatal bagi timnya. Ivan Steiner (1972) menggambarkan bahwa produktivitas yang dihasilkan adalah potensi produktifitas dikurangi kesalahan yang terjadi di dalam proses grup. Teori ini biasa disebut model produktifitas aktuan Steiner. Potensi produktifitas sendiri dalam olahraga adalah kemungkinan performa terbaik atau maksimal yang bisa dilakukan oleh atlet. Penyebab terjadinya kesalahan dalam proses suatu grup sendiri terdapat dua hal yang penting, yaitu:
1. Motivation losses
Saat anggota tim kehilangan motivasi dan anggota tersebut tidak memberikan kemampuanya 100% kepada tim hal tersebut akan mempengaruhi hasil yang akan dicapai tim sendiri.
2. Coordination losses
Saat Kesesuaian waktu dengan rekan setim mati, atau saat sebuah strategi yang tidak baik digunakan sebuah tim. Ini juga dapat menyebabkan terjadinya kesalahan yang dilakukan sebuah tim.
Banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan performa individu dan performa tim. Terutama di cabang tenis, basket, sepakbola, dan bisbol. Di cabang tenis, saat pemain yang superior dipasngkan dengan pemain biasa, pemain yang lebih bgus akan berusaha bermain lebih untuk menutupi kekurangan rekannya. Pemain akan saling melengkapi satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama.
Weinberg (1984) mengemukakan hasil penelitian seorang peniliti asal Jerman bernama Ringelman yang diteliti oleh kembali Ingham dan kawan kawan. Hasil penelitian yang dikenal sebagai Ringelman Effect ini mengemukakan bahwa terjadi penurunan penampilan rata-rata individu apabila terjadi peningkatan jumlah anggota kelompok, gejala tersebut terjadi karena hilangnya motivasi dan berbaurnya rasa tanggung jawab diantara individu. Efek Ringelman tidak dialami atau terjadi pada semua cabang olahraga, karena interaksi dalam kelompok atau tim olahraga tidaklah sama. Tim dayung misalnya, interaksinya akan berbeda dengan tim estafet lari atau renang, akan lebih berbeda lagi dengan basket dan sepakbola.
Prestasi seorang atlet erat kaitannya dengan motivasi, terutama motivasi untuk berprestasi dan motivasi untuk menjalin kekompakan dalam tim. Tentunya setiap pemain tidak ingin menjadi penyebab kegagalan prestasi timnya akibat lemahnya motivasi yang dimiliki.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dalam cabang olahraga, terutama cabang beregu terdapat dinamika tim yang terjadi antar anggota tim. Dinamika tim dapat diartikan adanya sebuah tingkah laku salah satu anggota sebuah tim yang dapat secara langsung mempengaruhi anggota yang lain secara timbal balik. Di dalam dinamika tim terdapat interaksi, interpedensi serta hubungan langsung antara anggota yang satu dengan yang lain yang akan saling mempengaruhi.
Dalam olahraga sering kita kenal istilah tim dan grup, yang sebagian besar orang awam menganggapnya sama. Padahal keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Tim adalah Sekelompok kecil orang dengan keterampilan yang saling melengkapi yang berkomitmen untuk maksud dan tujuan bersama (common purpose), menghasilkan tujuan-tujuan, dan pendekatan bersama dimana mereka mengikatkan diri dalam kebersamaan tanggung jawab (mutually accountable). Sedangkan grup sendiri memiliki pengertian kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara bersamaan yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Untuk dapat menjadi sebuah tim membutuhkan sebuah proses evolusi. Tim selalu berkembang, berubah untuk menyesuaikan sebagai bentuk respon faktor internal maupun eksternal. Di dalam usaha penelitian pengembangan sebuah tim, manusia memiliki berbagai teori. Menurut Weinberg terdapat tiga teori dalam pembentukan atau pembangunan sebuah tim , yaitu Perspektif linear, siklus perspektif atau siklus hidup dan perspektif pendular.
Perspektif linear ini dibagi dalam empat tahap, yaitu:
a). Tahap pertama adalah Forming
b). Tahap kedua adalah Storming
c). Tahap ketiga adalah Norming
d). Tahap keempat adalah Performing
Siklis perspektif/siklus hidup. Model siklus hidup ini berasumsi bahwa pembentukan sebuah grup mirip dengan siklus hidup seorang manusia. Manusia dilahirkan, tumbuh dan berkembang, serta meninggal. Model ini hanya relevan dengan grup dalam aktivitas jasmani yang bersifat sementara atau latihan.
Perspektif pendular, Dalam model perspektif pendular ini berlawanan dengan model perspektif linear. Dalam model perspektif pendular ini beranggapan bahwa grup tidak bergerak dan berkembang melalui tahapan-tahapan agar semakin menjadi sempurna tetapi melalui pembentukan yang instan
Setiap tim dan grup tentu memiliki sebuah struktur atau susuna tertentu yang disesuaikan dengan tugas dan kewajibannya atau sesuai dengan posisinya. Agar Sebuah grup individu dapat menjadi sebuah tim yang efektif penting untuk membentuk struktur yang memiliki karakter. Dua hal yang paling penting adalah peran kelompok dan norma kelompok.
Suasana tim menjadi salah satu hal pokok dalam mencapai prestasi. Iklim positif yang dimiliki sebuah tim akan dapat menunjang prestasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi iklim di dalam tim adalah kejujuran, kedekatan, kekhususan, dukungan yang baik. Prestasi seorang atlet erat kaitannya dengan motivasi, terutama motivasi untuk berprestasi dan motivasi untuk menjalin kekompakan dalam tim. Tentunya setiap pemain tidak ingin menjadi penyebab kegagalan prestasi timnya akibat lemahnya motivasi yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.jasonsandler.co.za http://www.jasonsandler.co.za
Russel, Rotella, Mc clenaghan, Bruce . (1984). Scientific foundation of coaching. New York: Saunder College Publishing
Weinberg, Robert S. and Daniel Gould (2003). Foundation of Sports and Exercis Psychology. USA. Human Kinetics. Canada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar