BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan
Tuhan sebagai mahkluk individu sekaligus sebagai mahkluk sosial.
Sebagai mahkluk individu manusia bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Terutama saat berhubungan dengan kepentingan pribadinya sendiri,
seperti saat beribadah kepada pencipta-Nya. Sedangkan manusia sebagai
mahkluk sosial berarti bahwa sebagai manusia tidak dapat hidup tanpa
kehadiran ataupun bantuan dari manusia yang lainnya. Manusia mempunyai
kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup dirinya.
Sedangkan manusia tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri.
Manusia memerlukan bantuan manusia lain untuk memenuhi kebutuhannya.
Untuk itu manusia perlu berinteraksi atau berhubungan dengan manusia
lainnya untuk bekerja sama saling memenuhi kebutuhan hidupnya.
Begitu pula dalam olahraga. Baik
atlet, pelatih, official, maupun orang yang terlibat dalam olahraga
semuanya saling berinteraksi, berhubungan, berkomunikasi dan bekerja
sama karena dalam olahraga semua saling berhubungan dan membutuhkan
serta saling mempengaruhi, meskipun olahraga yang dilakukan bersifat
olahraga individu. Kekompakan, kerja sama setiap orang yang berkecimpung
dalam dunia olahraga sangat penting. Bakat seorang pemain dapat
memenangkan sebuah pertandingan, tetapi kerjasama sebuah tim akan dapat
memenangkan sebuah kejuaraan (Jordan, 1994). Dari pendapat tadi
menyebutkan bahwa kerjasama sangat penting dalam sebuah tim olahraga
untuk mencapai prestasi puncak. Kemampuan yang tinggi yang
dimiliki oleh setiap individu dalam sebuah tim tidak cukup untuk
memenangkan setiap kejuaraan. Perlu adanya kekompakan, kerjasama dan
kerja keras setiap anggota untuk memenangkan sebuah kejuaraan.
Prestasi
puncak sebuah tim perlu di dukung oleh kebersamaan para anggota tim
sendiri. Dibutuhkan kerja keras bersama seluruh anggota sebuah tim untuk
dapat mencapai prestasi puncak yang dapat diraih oleh tim sendiri.
Meskipun untuk membuat sebuah kekompakan, kebersamaan, kerjasama,
komitmen bersama yang baik dalam sebuah tim tidaklah mudah. Karena
setiap anggota tim memiliki kemampuan, perilaku, sifat, karakter, tugas,
kewajiban, kebutuhan, harapan, kepentingan, bahkan masalah yang
berbeda-beda. Semuanya membutuhkan saling pengertian dan pengorbanan
dari anggota tim. Semakin banyak anggota tim akan semakin kompleks pula
untuk membangun kerja sama dan kebersamaan dalam tim. Semakin banyak
anggota tim, komunikasi, interaksi dalam tim akan semakin kompleks pula.
Intensitas dinamika tim sendiri akan semakin besar.
Kekompakan
menjadi hal pokok bagi tim untuk mencapai prestasi maksimal. Kekompakan
sendiri secara umum dapat didefinisikan sebagai tingkatan dimana
anggota suatu kelompok atau tim merasa saling terikat pada kelompoknya.
Kekompakan akan meningkat jika anggota tim terbatas dan muncul setelah
melewati persyaratan tertentu (Middlebrook, 1974). Agar dapat
terciptanya kekompakan, kerjasama yang baik, kebersamaan, diperlukan
pengertian, komitmen untuk mau berkorban oleh setiap anggota tim, agar
dapat mencapai prestasi yang terbaik. Dalam makalah ini
akan di bahas dinamika sebuah tim, bagaimana tim itu dapat terbentuk,
bagaimana menciptakan iklim yang baik di dalam tim, serta cara untuk memaksimalkan kemampuan individu di dalam tim olahraga itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinamika Sebuah Tim dan Grup
Di
dalam sebuah tim dan grup atau dalam olahraga beregu, terdapat
interaksi antara anggota tim yang satu dengan yang lainnya. Setiap
anggota tim mempunyai kemampuan, sifat perilaku, keinginan, masalah dan
tugas yang berbeda beda. Interaksi ini menimbulkan terjadinya sebuah
dinamika tim dan grup sendiri. Sering dalam tim terjadi perbedaan
pendapat, perselisihan bahkan pertengkaran antar anggota. Tentunya hal
ini dapat memberi pengaruh negatif terhadap tim yang dapat mempengaruhi
prestasi tim sendiri. Oleh karena itu diperlukan kebersamaan, saling
pengertian dan kerjasama dalam tim agar terjadi iklim positif di dalam
tubuh tim yang dapat menunjang prestasi.
Dinamika
tim dan grup sendiri akan menjadi lebih sulit dan komplek dengan
anggota tim yang semakin banyak. Dinamika tim sendiri berarti adanya
sebuah tingkah laku salah satu anggota sebuah tim yang dapat secara
langsung mempengaruhi anggota yang lain secara timbal balik. Di dalam
dinamika tim terdapat interaksi, interpedensi serta hubungan langsung
antara anggota yang satu dengan yang lain yang akan saling mempengaruhi.
Dinamika dalam tim dan grup sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah:
1. Kohesivitas.
Tingkat
kohesivitas suatu tim dan grup dapat dilihat langsung dari perilaku
para anggotanya. Dalam proses pembentukan tim tampak intensitas
keterlibatan atlet dalam kegiatan tim, arahan pilihan atlet, nilai-nilai
atau tradisi yang dianut oleh tim dan sebagainya. Suatu tim olahraga
yang dinamis biasanya hidup dan menunjukkan vitalitas, interaksi, dan
aktivitasnya. Vitalitas suatu tim biasanya direfleksikan dalam banyak
cara, kadang positif kadang negatif. Demikian juga komitmen untuk
mencapai tujuan tim baik jangka panjang maupun jangka pendek terjadi
berbagai variasi, kadang kuat kadang lemah.
2. Motivasi anggotanya
Motivasi
merupakan salah satu kunci agar atlet atau tim olahraga dapat
berprestasi maksimal. Sedangkan kekompakan dapat menjadi salah satu
pendorong motivasi menjadi lebih besar. Motivasi juga menyangkut masalah
ketertarikan atlet sebagai tim dan grup terhadap kehidupan tim dan grup
sendiri, seperti dorongan menyatu dalam tim dan grup, semangat untuk
mencapai tujuan bersama, orientasi terhadap tim, dorongan untuk memenuhi
kebutuhan dalam tim, dan kerjasama dalam tim.
3. Struktur tim dan grup
Struktur
tim dan grup terlihat pada bentuk-bentuk pengelompokan, bentuk dan pola
hubungan sosial yang terjadi dalam tim khusus untuk memahami pola
hubungan sosial, perbedaaan kedudukan antar anggota tim, pembagian tugas
dan kewajiban, pekerjaan, wewenang dalam tim dan sebagainya.
4. Kepemimpinan dalam tim dan grup
Kepemimpinan
dalam tim tercermin dalam gaya-gaya kepemimpinan yang dianut atau
dipraktekkan dalam tim, filosofis pemimpin, pengambilan keputusan,
pembagian tugas, dan wewenang dalam tim. Kepemimpinan dalam tim sebagian
besar atau seringkali dipegang oleh seorang pelatih atau
manjer dan kapten tim sendiri. Gaya kepemimpinan berpengaruh dalam
dinamika tim karena dapat menimbulkan reaksi yang beraneka ragam dalam
tubuh tim atau setiap anggotanya.
5. Perkembangan dalam tim dan grup
Perkembangan
tim dapat menentukan kehidupan dan dinamika tim selanjutnya, hal ini
terlihat dari perubahan yang terjadi dalam tim. Misalnya adalah senang
tidaknya para pemain setelah bergabung di dalam tim, perasaan betah dan
kerasan dalam sebuah tim, perpecahan yang terjadi dalam tim yang dapat
meyebabkan bubarnya keutuhan sebuah tim.
B. Mengenal Perbedaan Antara Tim dan Grup
Sering
kali kita mendengar istilah tim dan grup dalam cabang olahraga.
Sebagian orang tidak terlalau memperhatikannya dan banyak yang
menganggapnya sama. Pada kenyataannya, tim dan grup mempunyai arti dan
makna yang berbeda. Meskipun sangat sulit untuk membedakannya. Katzenbach dan Smith mendefinisikan team sebagai “Sekelompok kecil orang dengan keterampilan yang saling melengkapi yang berkomitmen
untuk maksud dan tujuan bersama (common purpose), menghasilkan
tujuan-tujuan, dan pendekatan bersama dimana mereka mengikatkan diri
dalam kebersamaan tanggung jawab (mutually accountable)”. Setiap
tim adalah sebuah grup, sedangkan setiap grup belum tentu menjadi
sebuah tim. Tim sendiri dapat berarti sekelompok orang dimana mereka
saling berinteraksi yang satu dengan yang lainnya untuk melengkapi
secara objektif (Carron & Hauseenblas, 1998). Untuk dapat menjadi
sebuah tim membutuhkan sebuah proses evolusi. Tim selalu berkembang,
berubah untuk menyesuaikan sebagai bentuk respon faktor internal maupun eksternal.
Sebuah tim olahraga merupakan tipe spesial atau tertentu dari grup.
Tim memiliki empat karakter kunci yaitu :
1. Perasaaan kolektif sebagai identitas.
2. Memiliki Peran yang jelas. Setiap anggota tim tahu apa tugas yang menjadi kewajibannya dan yang harus dilakukan.
3. Model komunikasi yang terstruktur. Setiap tim memiliki jalur-jalur komunikasi bagi setiap anggotanya.
4. Setiap tim memiliki norma tim. Aturan
sosial memberikan panduan bagi anggota tim untuk mengetahui mana yang
boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Sedangkan
kelompok sendiri berarti kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan psikologis secara bersamaan yang saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Aronson, Wilson, & Akert,
2002). Hubungan dalam grup bersifat dinamis karena grup selalu
berubah-ubah menuju ke arah kemajuan. Perubahan yang tejadi dalam grup
mempengaruhi tingkah laku dan berakibat terjadinya perubahan dalam grup
itu sendiri. Esensi sebuah grup bukan karena adanya kesamaan atau
ketidaksamaan diantara anggotanya, tetapi karena adanya hubungan
interdepedensi diantara anggota grup sendiri. Grup ditandai dengan
adanya saling interaksi antara dua orang atau lebih yang memiliki tujuan
yang sama, hubungan yang stabil, hubungan interdepedensi satu sama
lain, dan orang-orang tersebut menyadari bahwa mereka merupakan bagian
dari grup itu sendiri (Kurt Lewin, 1951).
Terdapat
sejumlah faktor yang secara gamblang dapat membedakan tim dengan
kelompok atau grup dalam perspektif atau pa ndangan yang berbeda,
diantaranya adalah:
1. 1. Tugas dan Tanggung Jawab.
Di
dalam grup, individu menetapkan dan menempatkan perilaku tertentu di
dalam tubuh grup yang disebut tugas. Tugas seseorang akan menentukan
bentuk hubungannya dengan orang lain. Tugas, di dalam grup, sering
menjadi sumber kebingungan dan terjadinya konflik. Dilain pihak, tim
membangun pemahaman bersama bagaimana para anggota mewujudkan tugas
mereka seperti pelatih, asisten pelatih, pelatih fisik, pelatih kiper, kapten tim dan sebagainya, dalam menyelesaikan secara bersama sebuah tugas ataupun kejuaraan.
2. Identitas.
Tim
memiliki identitas yang kuat, sedangkan grup tidak. Tim mermerlukan
identitas karena hampir tidak mungkin membangun rasa keterikatan, yang
merupakan karakter sebuah tim, tanpa hal yang mendasar ini. Tim memiliki
pemahaman yang jelas tentang apa yang membuat tim ‘berjalan’ dan
mengapa itu penting. Di dalam tim tergambar jelas apa yang ingin dicapai
oleh tim, dan norma atau nilai- nilai apa yang menjadi panduan
geraknya. Di dalam grup semua itu telah diatur dalam sistem dan prosedur
baku.
3. Kohesi.
Tim
memiliki esprit yang menunjukkan rasa keterikatan dan kekerabatan.
Esprit adalah semangat, jiwa, dan hati dari sebuah tim. Di dalam tim
terdapat kesadaran yang tinggi dari para anggotanya untuk
mengidentifikasi diri mereka dengan tim dan merasa menjadi bagian dari
tim. Individu akan memulai dengan kata “kita” bukan “saya” dalam setiap
tugas dan kewajibannya atau saat bertanding. Di dalam grup, ‘saya’
dijadikan hal yang penting untuk menunjukkan eksistensi maupun unjuk
kerja pribadi atau prestasi sesuai tugas dan kewajiban yang menjadi
dasar pengukuran prestasi yang bersangkutan.
4. Fleksibilitas.
Grup
biasanya bersifat kaku dalam tugas dan pekerjaannya. Segalanya telah
diatur dalam sistem dan prosedur baku. Sebaliknya tim menjaga agar
selalu memiliki fleksibilitas dan adaptabilitas yang tinggi untuk
mengerjakan berbagai tugas dan fungsi yang berbeda sesuai situasi dan
kebutuhan. Tanggung jawab atas perkembangan tim dibagi bersama. Kekuatan
setiap anggota tim diketahui dan dipergunakan sebaik-baiknya.
C. Mengidentifikasi Tiga Teori Pembentukan Grup
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa setiap
tim adalah sebuah grup, sedangkan setiap grup belum tentu menjadi
sebuah tim. Tim sendiri adalah sekelompok orang dimana mereka saling
berinteraksi yang satu dengan yang lainnya untuk melengkapi secara
objektif (Carron & Hauseenblas, 1998). Untuk dapat menjadi sebuah
tim membutuhkan sebuah proses evolusi. Tim selalu berkembang, berubah
untuk menyesuaikan sebagai bentuk respon faktor internal
maupun eksternal. Di dalam usaha penelitian pengembangan sebuah tim,
manusia memiliki berbagai teori. Menurut Weinberg terdapat tiga teori
dalam pembentukan atau pembangunan sebuah tim , yaitu:
1. Perspektif Linear
Di dalam teori perspektif linear ini di asumsikan bahwa grup bergerak menyambung dalam tahapan yang berbeda. Menurut Bruce Tuckman (1965) Perspektif linear ini dibagi dalam empat tahap, yaitu:
a). Tahap pertama adalah Forming
Pada tahap pertama ini setiap anggota tim belajar untuk membiasakan diri dengan anggota tim lainnya.
b). Tahap kedua adalah Storming
Pada
tahap ini yang dilakukan adalah memberikan karakter tim melalui daya
tahan seorang pemimpin, daya tahan dalam mengontrol grup, dan konflik
antar anggota.
c). Tahap ketiga adalah Norming
Pada
tahap ketiga ini adalah pergantian atau digantikannya permusuhan dengan
solidaritas antar anggota tim dan saling bekerja sama. Setiap konflik
harus diselesaikan atau dapat dipecahkan, dan perasaan bersatu mulai
terbangun.
d). Tahap keempat adalah Performing
Di dalam tahap terkhir ini setiap anggota tim bersama-sama menyumbangkan energinya demi kesuksesan tim. Focus
tim adalah memecahkan masalah menggunakan proses grup dan hubungan
untuk bekerja dan mengetes ide baru. Persoalan terstruktur
terselesaikan, hubungan antar personal menjadi stabil, dan setiap peran
dapat dilakukan dengan jelas.
2. Siklis Perspektif/Siklus Hidup
Model
siklus hidup ini berasumsi bahwa pembentukan sebuah grup mirip dengan
siklus hidup seorang manusia. Manusia dilahirkan, tumbuh dan berkembang,
serta meninggal. Model ini hanya relevan dengan grup dalam aktivitas
jasmani yang bersifat sementara atau latihan.
3. Perspektif Pendular
Dalam
model perspektif pendular ini berlawanan dengan model perspektif
linear. Dalam model perspektif pendular ini beranggapan bahwa grup tidak
bergerak dan berkembang melalui tahapan-tahapan agar semakin menjadi
sempurna tetapi melalui pembentukan yang instan, Sebagai contohnya
adalah persiapan latihan tim basket Universitas Indiana dalam menghadapi
musim pertandingan.
Tahapan yang dilakukan adalah:
a). Tahap pertama adalah Orientasi
Kohesi dan perasaan bersatu tinggi, para atlet mengungkapkan memberikan berbagai pikiran perasaan, kecemasan dan aspirasi.
b). Tahap kedua adalah Perbedaan dan konflik
Fisik
dan psikologi tim dibagi kedalam unit yang lebih kecil. Konflik kerap
kali timbul saat atlet bertanding memperebutkan posisi dalam tim
c). Tahap ketiga adalah Kesepakatan dan kohesi
Kohesi bertambah saat anggota grup memberikan pikiran perhatian dan perbaikan perasaan untuk bertukar pikiran.
d). Tahap kelima adalah Perbedaan dan konflik
Persatuan dalam tim melemah saat berbagai individu diberikan hadiah atau hukuman, cara mengeluarkannya dari tim.
e). Tahap kelima adalah Penghentian
Jika
dalam musim pertandingan mengalami kesuksessan. Perasaan kohesi akan
tinggi, jika dalam musim pertandingan mengalami kegagalan perasaan
kohesi akan menjadi rendah.
D. Struktur Grup
Setiap
tim dan grup tentu memiliki sebuah struktur atau susuna tertentu yang
disesuaikan dengan tugas dan kewajibannya atau sesuai dengan posisinya.
Agar Sebuah grup individu dapat menjadi sebuah tim yang efektif penting
untuk membentuk struktur yang memiliki karakter. Dua hal yang paling
penting adalah:
1. Peran Kelompok
Sebuah
peran diberikan kepada anggota tim disesuaikan dengan posisinya di
dalam grup. Sebagai contoh, seorang guru, orang tua, pelatih atletik,
eksekutif perusahaan, dan tena kesehatan profesional memiliki peran yang
spesifik yang sesuai dengan keahliannya dan masyarakatnya. Seperti
seorang pelatih yang bertugas untuk melatih, membuat program latihan,
dan berhubungan dengan ofisial sekolah dan menjadi contoh yang baik.
a). Peran formal melawan informal
Sebuah
tim Seperti grup yang lainnya memiliki peran formal dan informal. Peran
formal memerintah structur dari organisasi secara alami. Direktur
teknik, pelatih, kapten tim, pemimpin latihan, adalah contoh spesifik
pelaku peran formal di dalam olahraga atau latihan. Point Guard di basket, Set upper dalam bola voli, kiper di hoki, dan posisi formal lainnya memiliki peran spesifik di dalam tim.
Peran
informal berfungsi untuk menyusun interaksi diantara anggota grup.
Fungsi lain dari peran informal tim adalah sebagai mediator, mediator
antara pemain dengan rekan setimnya atau pemaindengan pelatihnya. Sebagai
contoh, pemain terbaik selalu menjadi starter atau pemain inti,
sedangkan pemain yang bertugas untuk menjaga keharmonisan tim adalah
pemain senior atau pemain lainnya. Dua tipe peran di dalam tim akan
selalu ada di dalam sebuah grup atau sebuah tim. Peran formal berjalan
dalam struktur organisasi, peran informal berfungsi di dalam dinamika
grup dan tim.
b). Kejelasan Peran
Di
dalam sebuah tim dan grup, semua anggota memiliki peran yang harus
dijankan dengan maksimal. Semua anggota juga harus mengetahui, paham,
dan mau menerima apa saja yang menjadi perannya. Kejelasan peran dalam
tim yang mampu dipahami, diterima dan dijalankan oleh semua anggota
dengan baik danmaksimal dapat menunjang prestasi tim dan grup. Sebagai
contoh adalah tim bola basket Chicago Bulls yang mampu melakukan threepeat sebanyak
dua kali selama tahun 90-an. Di Chicago Bulls, Micheal Jordan dan
Scottie Pippen bertugas menjadi pemimpin dan menjadi pemain kunci,
sedangkan sebagai pelatih adlah Phill jackson yang mimiliki kemampuan
untuk membuat pemain lainnya percaya dan mengerti perannya masing-masing
(Dennis Rodman sebagai rebounder, Ron Harper sebagai Penjaga, Steve Kerr sebagai shooter).
c). Penerimaan Peran
Penerimaan
peran juaga menjadi hal yang penting di dalam sebuah tim. Pemain yang
tidak dapat menerima dan menjalankan perannya di dalam tim tidak akan
bisa memberikan kontribusi yang maksimal. Pelatih dapat membantu pemain
untuk mau menerima perannya di dalam tim dengan meminimalkan perbedaan
status peran dan menegaskan keberhasilan yang didapat tim ditentukan
atau berkat kontribusi setiap pemain.
d). Konflik peran
Konflik peran ada jika kehadiran persetujuan di dalam tujuan yang diinginan atau hasil tidak cukup memiliki kemampuan, motivasi, waktu atau pemahaman untuk mencapai tujuan.
2. Norma Kelompok
Norma
adalah level penampilan, pola perilaku, atau keyakinan. Individu selalu
menerima tekanan untuk dapat menerima norma grupnya. Sebagai contoh
adalah seorang pendatang baru akan selalu menjadi pembawa tas bagi para
seniornya. Di dalam tim olahraga norma mungkin meliputi latihan
perilaku, pakaian, potongan ramburt, interaksi antara pemain pendatang
baru dengan pemain veteran atau siapa yang memegang cntrol saat situasi
kritis.
a). Norma untuk produktifitas
Norma
produktifitas dapat digunakan sekaligus di dalam kebugaran dan
pengaturan olahraga. Sebagai contoh seorang programmer kebugaran
memberikan latihan selama 30 menit untuk anggota yang baru, dalam
olahraga seorang kapten atau pemain yang dalam performa terbaik berperan
sebagai model dalam norma produktifitas. Contoh lainnya adalah latihan
seorang juara akan dicontoh oleh atlet lain dengan tujuan agar dapat
mencapai prestasi yang sama baik oleh rekan ataupun lawannya.
b) Norma positif
Karena
norma memiliki efek yang kuat dalam perilaku, penting sekali bagi
pelatih, guru, pemimpin latihan untuk menyusun standar norma positif
grup. Metode yang bagus untuk membuat norma positif dalam tim adalah dengan memposisikan pemimpin sebagai sebuah contoh.
c). Modifikasi norma tim.
Norma
sebuah tim harus dirubah atau dimodifikasi saat ada dua pendapat yang
berbeda yang dipertimbangkan yaitu sumber komunikasi yang digunakan
untuk merubah norma dan komunikasi yang alami.
E. Membangun Iklim Tim yang Efektif
Iklim
atau suasana di dalam tim dibentuk dari bagaimana pemain saling
berinteraksi dengan pemain yang lain di dalam tim itu sendiri. Pelatih
tentunya memiliki persepsi mereka sendiri di dalam tim, Persepsi pemain
dan evaluasi penyusun iklim tim. Pelatih memegang peranan kunci dalam menciptakan iklim atau suasana didalam tim yang positif. Beberapa
faktor dalam iklim tim dapat berubah dengan mudah dari pada yang lain,
tetapi dapat mempengaruhi keefektifan fungsi sebuah grup (Zander,
19982). Beberapa faktor yang mempengaruhi iklim di dalam tim adalah:
1). Dukungan yang baik
Dukungan
baik sendiri sama dengan pertukaran diantara sumber saat dua individu
merasakan melalui pemberi atau penerima, yang akan menjadikan atau untuk
mempertinggi kesejahteraan dari penerima dukungan. Sebagai contoh, Mike
Krzyewski pelatih bola basket Universitas Duke amerika berpendapat
dukungan yang baik dapat meningkatkan kohesivitas dan menciptakan iklim
tim yang positiv, hal pertama yang dilakukannya saata akan memulai
musim kejuaran adalah memastikan setiap pemain berada dalam kondisi yang
baik kedalam konsep tim dan saling mendukung satu dengan yang lainnya.
2). Kedekatan
Manusia
akan memiliki ikatan jika mereka saling berdekatan satu dengan yang
lainnya. Pendekatan fisik sendiri tidak selalu digunakan dalam
pembentukan konsep sebuah tim. Kedekatan antar anggota tim sangat
penting di dalam membangun kekompakan dan iklim atau suasana positiv di
dalam tim. Setiap pelatih melakukan berbagai cara agar setiap pemainnya
memiliki kedekatan dengan pemain yang lainnya sebagai sesama anggota
tim.
3). Kekhususan
Saat sebuah grup merasa berbeda, perasaan bersatu dan keutuhan bertambah. Maksudnya
adalah saat sebuah tim merasa berbeda dengan tim lainnya seperti warna
seragam, motto tradisi dan lainnya pemain akan merasa bahwa meraka
berbeda dengan tim lainnya tetapi sama dengan rekan se-tim, hal ini
dapat membantu pelatih dalam mengembangkan konsep tim.
4). Kejujuran
Komponen
penting dalam membangun iklim atau suasana yang positif di dalam tubuh
tim adalah adanya saling kepercayaan atau saling percaya diantara
anggota tim itu sendiri. Kejujuran akan meningkat
kepercayaan di dalam tim kepercayaan antara pemain dengan rekannya,
pemain dengan pelatih akan meningkatkan Komitmen, motivasi dan kepuasan
hati setiap anggota tim.
F. Memaksimalkan Kemampuan Individu Dalam Olahraga Beregu
Performa
atau penampilan setiap inidividu di dalam tim akan mempengaruhi
performa tim itu sendiri. Seorang pelatih harus menanamkan pemahaman
kepada setiap pemainnya agar mereka untuk bermain bersama sebagai tim
yang utuh, atau menjaga kekompakan sebuah tim. Kebanyakan pelatih dan
psikolog olahraga berpendapat bahwa grup individu yang terbaik tidak
selalu membuat tim yang terbaik. Jose Mourinho saat melatih Inter Milan
mengatakan bahwa tidak ada bintang di dalam timnya, tetapi tim itu
sendirilah yang menjadi bintang. Sebagai contoh lainnya adalah saat
Universitas Kentuky dan Universitas Utah kehilangan bintangnya karena
telah mengikuti Draft NBA, tim tersebut tetap mampu berprestasi
dalam Final Four NCAA. Hal tersebut mengartikan bahwa kekompakan
merupakan hal yang lebih penting untuk mencapai prestasi dari bada satu
atau dua pemain bintang yang menonjol. Oleh karena itu seorang pelatih
harus dapat emamksimalkan penampilan setiap pemainnya di dalam tim dan
membuat pemain tersebut sadar bahwa mereka bermain untuk tim, tidak
bermain untuk diri sendiri. Performa pemain menentukan performa tim,
apabila seorang pemain melakukan kesalahan dalam suatu pertandingan, hal
tersebut dapat berakibat fatal bagi timnya. Ivan Steiner
(1972) menggambarkan bahwa produktivitas yang dihasilkan adalah potensi
produktifitas dikurangi kesalahan yang terjadi di dalam proses grup.
Teori ini biasa disebut model produktifitas aktuan Steiner. Potensi
produktifitas sendiri dalam olahraga adalah kemungkinan performa terbaik
atau maksimal yang bisa dilakukan oleh atlet. Penyebab terjadinya
kesalahan dalam proses suatu grup sendiri terdapat dua hal yang penting,
yaitu:
1. Motivation losses
Saat
anggota tim kehilangan motivasi dan anggota tersebut tidak memberikan
kemampuanya 100% kepada tim hal tersebut akan mempengaruhi hasil yang
akan dicapai tim sendiri.
2. Coordination losses
Saat
Kesesuaian waktu dengan rekan setim mati, atau saat sebuah strategi
yang tidak baik digunakan sebuah tim. Ini juga dapat menyebabkan
terjadinya kesalahan yang dilakukan sebuah tim.
Banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan performa individu dan performa tim. Terutama di cabang tenis,
basket, sepakbola, dan bisbol. Di cabang tenis, saat pemain yang
superior dipasngkan dengan pemain biasa, pemain yang lebih bgus akan
berusaha bermain lebih untuk menutupi kekurangan rekannya. Pemain akan saling melengkapi satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama.
Weinberg
(1984) mengemukakan hasil penelitian seorang peniliti asal Jerman
bernama Ringelman yang diteliti oleh kembali Ingham dan kawan kawan.
Hasil penelitian yang dikenal sebagai Ringelman Effect ini
mengemukakan bahwa terjadi penurunan penampilan rata-rata individu
apabila terjadi peningkatan jumlah anggota kelompok, gejala tersebut
terjadi karena hilangnya motivasi dan berbaurnya rasa tanggung jawab
diantara individu. Efek Ringelman tidak dialami atau terjadi pada semua
cabang olahraga, karena interaksi dalam kelompok atau tim olahraga
tidaklah sama. Tim dayung misalnya, interaksinya akan berbeda dengan tim
estafet lari atau renang, akan lebih berbeda lagi dengan basket dan
sepakbola.
Prestasi
seorang atlet erat kaitannya dengan motivasi, terutama motivasi untuk
berprestasi dan motivasi untuk menjalin kekompakan dalam tim. Tentunya
setiap pemain tidak ingin menjadi penyebab kegagalan prestasi timnya
akibat lemahnya motivasi yang dimiliki.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dalam
cabang olahraga, terutama cabang beregu terdapat dinamika tim yang
terjadi antar anggota tim. Dinamika tim dapat diartikan adanya sebuah
tingkah laku salah satu anggota sebuah tim yang dapat secara langsung
mempengaruhi anggota yang lain secara timbal balik. Di dalam dinamika
tim terdapat interaksi, interpedensi serta hubungan langsung antara
anggota yang satu dengan yang lain yang akan saling mempengaruhi.
Dalam
olahraga sering kita kenal istilah tim dan grup, yang sebagian besar
orang awam menganggapnya sama. Padahal keduanya mempunyai pengertian
yang berbeda. Tim adalah Sekelompok kecil orang dengan keterampilan yang saling melengkapi yang berkomitmen untuk maksud dan tujuan bersama (common purpose), menghasilkan
tujuan-tujuan, dan pendekatan bersama dimana mereka mengikatkan diri
dalam kebersamaan tanggung jawab (mutually accountable). Sedangkan grup
sendiri memiliki pengertian kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan psikologis secara bersamaan yang saling berinteraksi dan
saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Untuk dapat menjadi sebuah tim membutuhkan sebuah proses evolusi. Tim selalu berkembang, berubah untuk menyesuaikan sebagai bentuk
respon faktor internal maupun eksternal. Di dalam usaha penelitian
pengembangan sebuah tim, manusia memiliki berbagai teori. Menurut
Weinberg terdapat tiga teori dalam pembentukan atau pembangunan sebuah
tim , yaitu Perspektif linear, siklus perspektif atau siklus hidup dan
perspektif pendular.
Perspektif linear ini dibagi dalam empat tahap, yaitu:
a). Tahap pertama adalah Forming
b). Tahap kedua adalah Storming
c). Tahap ketiga adalah Norming
d). Tahap keempat adalah Performing
Siklis perspektif/siklus hidup. Model
siklus hidup ini berasumsi bahwa pembentukan sebuah grup mirip dengan
siklus hidup seorang manusia. Manusia dilahirkan, tumbuh dan berkembang,
serta meninggal. Model ini hanya relevan dengan grup dalam aktivitas
jasmani yang bersifat sementara atau latihan.
Perspektif
pendular, Dalam model perspektif pendular ini berlawanan dengan model
perspektif linear. Dalam model perspektif pendular ini beranggapan bahwa
grup tidak bergerak dan berkembang melalui tahapan-tahapan agar semakin
menjadi sempurna tetapi melalui pembentukan yang instan
Setiap
tim dan grup tentu memiliki sebuah struktur atau susuna tertentu yang
disesuaikan dengan tugas dan kewajibannya atau sesuai dengan posisinya.
Agar Sebuah grup individu dapat menjadi sebuah tim yang efektif penting
untuk membentuk struktur yang memiliki karakter. Dua hal yang paling
penting adalah peran kelompok dan norma kelompok.
Suasana
tim menjadi salah satu hal pokok dalam mencapai prestasi. Iklim positif
yang dimiliki sebuah tim akan dapat menunjang prestasi. Beberapa faktor
yang mempengaruhi iklim di dalam tim adalah kejujuran,
kedekatan, kekhususan, dukungan yang baik. Prestasi seorang atlet erat
kaitannya dengan motivasi, terutama motivasi untuk berprestasi dan
motivasi untuk menjalin kekompakan dalam tim. Tentunya setiap pemain
tidak ingin menjadi penyebab kegagalan prestasi timnya akibat lemahnya
motivasi yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
Russel, Rotella, Mc clenaghan, Bruce . (1984). Scientific foundation of coaching. New York: Saunder College Publishing
Weinberg, Robert S. and Daniel Gould (2003). Foundation of Sports and Exercis Psychology. USA. Human Kinetics. Canada